Minggu, Mei 15, 2011

MUSLIMAH PEMBANGUN PERADABAN


Prolog
Suatu ketika ada seorang ukhti kecil yang bertanya padaku, “mba, sepenting itukah kemuslimahan? Sehingga harus ada wadah sendiri untuk menghasilkan sebuah kontribusi?” kurang lebih seperti itu pertanyaannya. Waktu itu aku hanya diam, tak cukup sedikit kata untuk memuaskan logikanya, pikirku waktu itu. Biarlah waktu yang akan membelajarkan hati dan menemukan dinamika akal yang ‘kan terus berpikir untuk menemukan jawabnya sendiri. Namun, kemudian aku berpikir kembali, setidaknya aku akan mencoba untuk menjelaskannya melalui cara lain, salah satunya melalui tulisan ini.
Siapakah sosok muslimah itu?
Mari kita coba menjawab pertanyaan di atas dengan membedakan antara beberapa istilah yang biasa kita gunakan, yaitu : cewek, perempuan, wanita, akhwat, dsb. Adakah terlihat sebuah perbedaan? Ya tentu saja yang pertama adalah penulisannya. Kedua, perbedaan bahasa, agar orang lebih mudah menggunakan konteks dan istilah tadi untuk mempermudah penggambaran bagi lawan bicara. Ketiga, adalah perbedaan persepsi. Persepsi inilah yang membawa kita membedakan istilah tadi berdasarkan simbol, ideologi, keyakinan, rasa, konteks sosiologisnya dsb. Namun, iman Islam menyatukan istilah tadi dalam naungan nama MUSLIMAH, yaitu seorang perempuan, wanita, cewek, akhwat yang beragama Islam. Oleh karena itu, menjadi kurang pantas apabila kita enggan untuk mengikuti acara kemuslimahan dengan alasan “saya kan ga muslimah banget” ataupun kita merasa lebih dengan jilbab yang besar dan panggilan akhwat, akhirnya merasa malu untuk berkumpul dengan para cewek yang baru semangat-semangatnya belajar agama.
Islam untuk semua, hak hidayah tidak boleh kita pangkas hanya karena kita “malas” atau “persepsi” sudah membutakan mata hati kita hingga pakaian kebesaran menjadi lebih besar daripada pakaian taqwa.
Ada dua hal mendasar yang membedakan sosok muslimah ini, adalah : para muslimah yang mengangkat beban dan membebani. Dia muslimah yang meringkankan beban, pengangkat yang lemah, merasakan tanggungan , kekhawatiran kesucian diri dan permasalahan umat ataukah dia yang penyandar, membiarkan sesama dan memberati pundak-pundak.

Kemarin yang jauh, saat ini yang singkat dan hari esok yang panjang
Napak tilas sosok wanita
Islam telah sangat memuliakan wanita setelah berabad-abad sebelumnya keberadaannya tak lebih dari sekedar mainan yang akan disingkirkan setelah bosan, bersikap sewenang-wenang padanya dan merendahkan derajatnya (Q.S. 81;8-9).
Al-Qur’an telah mengisahkan kepada kita ragam keadaan dan sikap kaum wanita. Allah memuji sikap istri Nabi Ibrahim, istri fir’aun, dan Maryam putri Imran. Al-Qur’an juga menyebutkan perasaan malu putri Syu’aib, dan mela’nat pula sikap istri Nabi Nuh, istri Nabi Luth, istri al-Aziz (penguasa mesir zaman Nabi Yusuf) dan istri Abu Jahl. Tidak ada keraguan posisi kaum wanita dalam membantu penyebaran Islam dan menegakkan kebenaran dan pada kondisi lain membantu suaminya dalam menunaikan misi hidup di dunia.
Wanita menjadi terangkat kedudukannya bersamaan dengan turunnya wahyu, tapi mulai kehilangan fungsi dan posisinya kembali pada masa-masa sinar wahyu mulai redup dan Islam mengalami kemunduran. Di antara keadaan dan undang-undang manusia yang melanggar hak-hak kaum wanita bahkan menganggap mereka seperti sampah, barang dagangan, hak-haknya di batasi atau malah terlalu dipertuhankan sebagaimana digambarkan sejarah negara Yunani, Romawi, Persia, Yahudi, Nasrani dan Arab Jahiliyah sebelum Islam memuliakan derajat wanita (lihat lebih lengkap wikipedia.com).
Wajah para wanita hari ini
Sementara itu, saat ini, pasca perjuangan R.A Kartini usia dan membuahkan hasil yaitu persamaan derajat antara hak laki-laki dan perempuan. Kita melihat begitu banyak fenomena yang keluar dari kodrat wanita yang biasanya. Mari kita tuliskan satu per satu fenomena tersebut,
1.       Ekploitasi wanita dalam pemasaran produk/iklan, baik dalam bentuk media cetak, audio, audio-visual, dan internet,
2.       Jual beli wanita dan anak-anak (kasus traficking di berbagai negara),
3.       Kekerasan dalam Rumat Tangga (KDRT) sebagian wanita menjadi korban utama,
4.       Wanita menjadi center of interest dalam acara-acara yang ditampilkan di televisi maupun media lain. Contoh : mama mia, miss universe, miss indonesia, miss sunsilk, dll...,
5.       Permasalahan kesetaraan gender diangkat oleh kaum feminis, sehingga menimbulkan kontroversi, seperti : wanita menjadi Imam sholat, para wanita menuntut masa iddah bagi para laki-laki, pembagian hak waris, pemutusan hak cerai dll,
6.       Kasus-kasus pornografi, pornoaksi, pergaulan bebas, aborsi, nikah siri, perceraian, terus meningkat sampai saat ini. Mirisnya semua itu melibatkan adanya peran sosok wanita dalam masalah tadi, entah perselingkuhan dengan wanita lain, pakaian para wanita yang terlalu vulgar/tidak menutup aurat, sampai peran seorang orang tua khususnya ibu terhadap anak-anaknya.
7.       dll
BEBAS, mungkin satu kata ini cukup untuk menggambarkan wajah perempuan hari saat ini. Bebas bicara, bebas berperilaku, bebas bertindak, mau menutup aurat sampai menutup seluruh tubuh (memakai baju kurung.red) atau (maaf) berbusana tapi telanjang pun silakan, yang penting kita sama-sama saling menghargai, betul? So, what do you think?
Meneropong masa depan sosok wanita
Islam mengharapkan para wanita dapat berdiri tegak dan kokoh di antara 2 arus besar, yaitu : keterkekangan jahiliyah dan kebebasan barat. Karakter yang teguh ini hanya dapat dimunculkan dengan pemahaman aqidah yang benar, pemahaman yang luas akan Islam dan  kehidupan serta menunaikan segala kewajiban atas Tuhannya, suami, anak-anaknya, masyarakat dan umat islam secara umum. Dari situ akan terwujud para pribadi muslimah yang da’iyah, murabbiyah, dan mursyidah sehingga sosok ini dapat memacu terbentuknya para  putra-putri yang berkepribadian Islam, serta masyarakat Islam yang bercita-cita membangun kejayaan Islam kembali sampai menjadi rahmatan lil’alamin.
Sosok wanita secara fitrah memiliki ketajaman hati melebihi sosok laki-laki, memiliki kelembutan baik dalam hati, sikap maupun tutur kata, yang secara alami sudah kita punya mesi tak kita minta. Ia (wanita) juga ditakdirkan memiliki sifat sensitif yang sangat, sensitif terhadap pendengaran, sensitif terhadap harta, dan sensitif terhadap penglihatan. Lihat saja, berapa kali seorang perempuan menyebutkan kata “lucuuu....” saat melihat barang yang dia sukai, berapa puluh ribu wanita yang jatuh cinta oleh bujuk rayu sosok laki-laki yang tak sedikit yang tak dapat membuktikan kata-katanya, atau seberapa tahan seorang wanita untuk tidak menginginkan perhiasan yang indah, rumah yang mewah, kenyamanan, dan kemanjaan diri. Parahnya, laki-laki itu lemah dengan wanita, hingga dengan menghalalkan segala cara, apapun mereka lakukan untuk dapat memenuhi keinginan istri, anak, wanita pujaan hati atau bahkan ibu mereka. Dan mereka semua kita sebut denga wanita.
Jadi,  bila tidak ingin para wanita (kita) menjadi lingkaran setan, sebab-akibat datangnya murka Allah. Maka, kita harus dapat berdiri kokoh di tengah-tengah kebodohan tadi. Kita masih bisa menjadi bunga harapan di hari esok yang sangat panjang itu, dengan mengkokohkan shibghoh Allah pada diri kita. Shibghah Allah, Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah (Q.S.Al baqarah 138)”, dan setidaknya memiliki 3 karakter masa depan yakni :
-          mampu menajamkan dan menyelesaikan permasalahan umat Islam,
Rumah tangga OK, keluarga OK, masyarakat OK, dakwah OK, kontribusi maksimal untuk menjadi sebaik-baik umat. 
-          Tidak merasa puas dengan keadaan rumah yang aman,
Menjadi seorang ibu yang memiliki tanggung jawab utama terhadap anak dan akhlaknya, bukan hanya sehat secara fisik, tapi sehat secara ruhiyah (rohani), fikriyah (pemikiran), jasadnya (fisik) dan bahkan cara bersosialnya (muamalah).
-          Mempunyai kekuatan visi yang besar.
Mempunyai pandangan yang luas dalam kehidupan dan berkarya. Ada seorang ibu yang bercita-cita menjadikan semua anaknya seorang mujahid, ada seorang ibu yang mampu menggerakkan semua anggota masyarakatnya untuk memerangi kemiskinan dengan berjualan, ada seorang ibu yang mampu mengentaskan anak jalanan, ada banyak ibu-ibu palestina yang mampu mengajak semua warganya untuk turut serta dalam pemilihan umum meski pada saat itu perang sedang kecamuk.... semua itu tidak akan didapat bila kita menjadi seorang wanita yang mudah putus asa, tapi lahir dari sosok muslimah yang memiliki VISI BESAR, PANJANG, dan KOKOH!
Satu kata untuk masa depan wanita : HARAPAN!
Mampukah kita menjawab tantangan harapan itu?


Mengapa harus (khusus) muslimah?
Masih saja ada pertanyaan dalam benak kita, mengapa harus secara khusus? Bukankah saat kita berorganisasi kita juga berinteraksi dengan wanita, menangani wanita, bahkan sekali dayung dua tiga pula terlampaui, kita bisa sekalian melakukan sebuah pengelolaan laki-laki dan wanita sekaligus, secara media pun selalu tetap terekspos, lalu apa masalahnya?
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah perempuan sebesar 49,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Artinya secara kuantitatif, jumlah perempuan menempati hampir separuh dari masyarakat Indonesia. Dari 93.722.000 orang pekerja di Indonesia tahun 2004, terdapat 33.141.000 orang perempuan atau sekitar 35%. Jumlah sedemikian tentunya bukanlah sebuah kekuatan yang bisa dianggap kecil. Bayangkan, andaikan saja terjadi sebuah kemufakatan seluruh perempuan di Indonesia untuk melakukan suatu tindakan bersama, mogok makan atau mogok kerja massal untuk memboikot pemilu misalnya, niscaya huru-hara akan sulit dikendalikan. Meskipun jumlah tidak selalu berkonotasi positif dengan kualitas, namun secara sederhana dapat pula dipahami bagaimana signifikannya posisi perempuan dalam membangun sebuah peradaban mumpuni di atas dunia ini.
Rasulullah SAW bersabda bahwa “Perempuan adalah tiang negara”. Hancur atau majunya suatu negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Musuh-musuh Islam yang memahami peran wanita terus menyeret kaum wanita ke dalam perangkap propagandanya dengan didukung perangkat-perangkat di bidang budaya, ekonomi dan politik. Pemahaman para muslimah yang lebih condong pada perilaku hidup konsumtif, hedonis dan mendewakan kecantikan, tidak serta merta timbul begitu saja. Ia berasal dari suatu usaha yang terorganisir rapi. Perlahan tapi pasti, usaha tersebut mencapai targetnya. Mereka para musuh Islam, yang melakukan usaha ini hanya perlu menjauhkan orang Islam dari Al-Qur'an sebagai pedoman hidupnya, merayu wanita Islam untuk membuka hijabnya dengan sukarela tanpa paksaan. Sebagaimana yang dikatakan Snouck Hongraye, ”jangan larang mereka beribadah bahkan fasilitasi, tapi buat mereka malas dan lalai membaca Al-Qur'an dan bikin wanita-wanita Islam kehilangan rasa malunya.” 1

Jelas sekali bahwa wanita memiliki peran strategis, dan kemulian ini memang harus di jaga oleh para wanita sendiri, walaupun tidak menutup peran laki-laki untuk ikut andil di dalamnya. Seperti firman Allah : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Dan mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan  sembahyang, menunaikan  zakat dan mereka taat kepada Allah, dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya  Allah  Maha  Perkasa  lagi  Maha  Bijaksana. ”  (QS. At-Taubah: 71).

Mempunyai wadah pembinaan secara khusus karena kita (muslimah) beda. Baik dari segi kepribadian, dinamika fisik/hormon, minat, bakat, maupun potensi dsb, dalam diri wanita sendiri pun sudah terbentuk keragaman karakter yang unik. Hingga disimpulkan bahwa setiap wanita itu cantik, dan mereka cantik dengan kecantikannya masing-masing. Sangat disayangkan bila kita salah mengelola kemuliaan ini ataupun sembarangan merawatnya hingga tidak teroptimalkan dengan baik, sehingga menjadi kelebihan ini akan bumerang yang dapat menghinakan diri kita sendiri.


Epilog
Sesunguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasib mereka sendiri (Q.S.13;11). Kita bahkan menyadari bahwa hanya ada seorang pengangkat beban untuk tiap duapuluh orang yang membebani. Seringkali diantara para pengangkut beban pun tak sepenuhnya total dalam mengangkat beban yang diampukan kepadanya, hingga mereka seakan-akan sudah turut mengangkut beban. Semestinya beban dapat dibagi menjadi rata, tapi alhasil hanya orang tertentu yang benar-benar mengangkat beban dan dialah orang yang paling banyak belajar serta mengambil banyak hikmah. Semoga Allah meridhoi-nya.
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. At-taubah;105)
Masihkah kau ragu?
Ya Rabb, jangan palingkan hati kami setelah petunjuk-Mu datang. Karuniakanlah kami rahmat-Mu karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.
Allahu’alam bishowab

Rumah cahaya, 4 safar 1432 H/7 Februari 2011, 11.56 am
Share: