Jumat, Januari 11, 2013

ANGIN MAMIRI


Sekali lagi, hari ini (11/1) ku me-rapat kembali di tanah angin mamiri, makasar.

Suasana bandara yang rame, angin sejuk yang berhembus,  tulisan BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN yang masih sama untuk tak membuat kami tergiur mengabadikan diri. Sungguh, angin perjuangan itu kembali berhembus, menerawang jauh pada kejadian sekitar 3 tahun lalu, desember tahun 2009.  Hmm,...  serasa baru saja terjadi kemarin.
Begitu nyata teringat di memori jangka panjang ini, bagaimana perjuangan kami dulu mengumpulkan uang, memupuskan kegalauan, mengumpulkan keberanian untuk terbang menerobos bersama angin “road to celebes”.  Saat itu yang ku punya hanya modal SEMANGAT, dan sebuah KEBERANIAN untuk menantang diri “Kita ini sudah diberi amanah 5 tahun untuk mendampingi wilayah Sulawesi dan selama itu kita belum berikhtiar untuk kesana??!!” saat itu aku masih menjabat sebagai ketua tim FSLDK Jama’ah Shalahuddin 1430H. Sejak awal aku dipercaya mendapat amanah ini kiranya pertanyaan itulah yang senantiasa terpatri di pikiranku, “bagaimanapun kita mesti datang ke sana!!”. Hingga akhirnya tanpa disangka-sangka Allah mengabulkan keinginanku, bukan, bukan hanya keinginanku, tapi keinginan tim kami, bahkan kemudian menjadi cita-cita bersama, cita-cita Dakwah Kampus UGM untuk turut berkontribusi dalam kemajuan dakwah di Sulawesi.
Bisa dibilang saat itu keinginan tersebut hanya seperti keinginan anak kecil yang terus merengek agar keinginan itu terkabul. Namun disisi yang berbeda, terkadang kita memang mesti memiliki tekad itu untuk melawan keterbatasan logis orang dewasa yang membatasi diri dengan sebuah atap, berbeda dengan anak kecil yang selalu memandang tanpa batas ke langit. Ya, suatu waktu dalam kehidupan kita selayaknya memang harus seperti itu, breakthrough the limit.
Pada akhirnya dengan biaya munashoroh (sumbangan sukarela) dari teman-teman se-UGM, saya dan 3 kawan saya dapat melakukan perjalanan itu. Kami akan mendampingi dan memberikan materi Training dalam Rapat Koordinasi LDK Se-Sulawesi (Rakorsul). Panitia lokal diampu oleh teman FKMKI /LDK di Universitas Hasanuddin dan dihadiri oleh para LDK dari Sulawesi utara, tengah, selatan, dan tenggara. Saat itu turut hadir juga Bapak Anis Matta sebagai pengisi acara Seminar Nasional sebagai rangkaian acara Rakorsul itu.
Lagi-lagi saat itu aku tidak tahu apa-apa, hanya melakukan apa yang ku tahu, apa yang aku bisa dan apa yang aku mengerti atas amanah ini. Haru biru teman-teman Jama’ah Shalahuddin melepas perjalanan kami dan mengantar kami bersama-sama ke terminal Giwangan, membekali kami dengan uang, makanan, bahkan panduan apa saja yang mesti kami lakukan ketika di Bandara (maklum kami kaum udik yang belum pernah naik pesawat dan sering dikira anak hilang, hehe.. ). Sampai di Surabaya kami dijemput oleh ketua Puskomnas yang waktu itu diamanahkan pada Akh Dani Setiawan dari Unair’04, disopiri langsung oleh beliau kami diajak sarapan dan bersilaturahmi sejenak ke Universitas kota Pahlawan ini. Lalu kembali melesat menuju Bandara Juanda-Surabaya.
Baru kali ini aku merasakan naik pesawat, antara bingung, seneng, takut, tapi pengen. Akhirnya sensasi lepas landas itu aku rasakan. Mual dan pusing rasanya, ditambah telingaku jadi –ngiiing—berulang-ulang, tapi sensasi itu terlupakan ketika ku melihat keindahan alam dari langit, subhanallah, indah sekali,  betapa semua terlihat kecil ya, mudah sekali bagi Allah untuk menenggelamkan itu semua jika Dia mau, astaughfirullah manusia itu mudah sekali lalai akan banyak nikmat dariNya.
Sampai di Makasar kami disambut dengan hangat oleh ukhti Dian, ukhti Ina dan Akh Ashadien. Pertemanan serta syuting (syuro chatting) di dunia maya ternyata membawa ukhuwah di dunia nyata, baru pertama kali bertemu tapi seperti sudah sangat dekat. Hal ini tidak hanya berlangsung satu dua kali, tapi selama rangkaian acara ini saat kental dengan perjuangan ukhuwah, masing-masing peserta datang dengan perjuangan yang berbeda-beda demi saling mengikat persaudaraan atas nama iman, untuk saling belajar dan membawa keberkahan ke daerah asal masing-masing.
Hhemm,.. waktu itu begitu banyak sesi perjalanan yang mesti diabadikan dan masih banyak hikmah yang belum sempat tersampaikan dengan sempurna. Semoga saya masih sempat menuliskannya kembali. Aamiin.
Saat ini saya mesti hear and now dulu. Kembali me-rapat ke negeri Daeng  dengan tujuan, kawan, perjuangan serta kondisi yang berbeda. Sepertinya Allah memberikan rizkinya padaku melalui jalan ini dengan berpindah dari rapat satu ke rapat yang lain untuk bisa mengelilingi Indonesia. Oh, tapi yang jelas bukan untuk mengelilingi Indonesia-nya. Semoga dengan jalan ini kita pun semakin dekat pula untuk me-rapat ke SurgaNya. Allahu’alam.
Terimakasih untuk teman-teman yang telah setia menemani saya, bahkan lebih setia daripada hape dan laptop saya dalam mengarungi perjuangan ini ^^V.  Sungguh akan lebih baik balasan itu datangnya dari ALLAH SWT, karena Dia telah berjanji bahwa barang siapa yang menolong agama Allah maka Allah pun akan menolongnya (Q.S Muhammad ayat 7). Perjuangan terbaik untuk teman-teman yang masih berjihad akademik, ayo terus lanjutkan! mari kita sama-sama saling mengingatkan bahwa kerinduan menjadi sarjana itu bukan serta merta mendapatkan ijazah saja, tapi bagaimana kita menemukan seni dalam berilmu sesuai bidang kita masing-masing. Paling tidak kita mampu mengendalikan nafsu kita untuk meneruskan dan bersabar atas apa yang pernah kita mulai. Keep fight!!!!

Malino-Makasar, 11 Januari 2013 (Rapat Kerja Nasional Beastudi Etos-Dompet Dhuafa)
Pejuang Beastudi Etos Jogja - Avisenna Pramitasari (@avicesun)
Share:

2 komentar:

  1. baca postingan ini akan lebih enak kalo jarak paragrafnya diperlebar vis, sipp

    nais pos!! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. owkeh, akan lebih diperhatikan.
      baru otak atik blog lagi setelah sekian lama.hehe
      nais komen!!

      Hapus

Yuk Diskusi