Sekali lagi, hari ini (11/1) ku me-rapat
kembali di tanah angin mamiri, makasar.
Suasana bandara yang rame, angin sejuk
yang berhembus, tulisan BANDAR UDARA
INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN yang masih sama untuk tak membuat kami tergiur
mengabadikan diri. Sungguh, angin perjuangan itu kembali berhembus, menerawang
jauh pada kejadian sekitar 3 tahun lalu, desember tahun 2009. Hmm,...
serasa baru saja terjadi kemarin.
Begitu nyata teringat di memori jangka
panjang ini, bagaimana perjuangan kami dulu mengumpulkan uang, memupuskan
kegalauan, mengumpulkan keberanian untuk terbang menerobos bersama angin “road
to celebes”. Saat itu yang ku punya
hanya modal SEMANGAT, dan sebuah KEBERANIAN untuk menantang diri “Kita
ini sudah diberi amanah 5 tahun untuk mendampingi wilayah Sulawesi dan selama
itu kita belum berikhtiar untuk kesana??!!” saat itu aku masih menjabat sebagai
ketua tim FSLDK Jama’ah Shalahuddin 1430H. Sejak awal aku dipercaya mendapat
amanah ini kiranya pertanyaan itulah yang senantiasa terpatri di pikiranku, “bagaimanapun
kita mesti datang ke sana!!”. Hingga akhirnya tanpa disangka-sangka Allah
mengabulkan keinginanku, bukan, bukan hanya keinginanku, tapi keinginan tim
kami, bahkan kemudian menjadi cita-cita bersama, cita-cita Dakwah Kampus UGM
untuk turut berkontribusi dalam kemajuan dakwah di Sulawesi.
Bisa dibilang saat itu keinginan
tersebut hanya seperti keinginan anak kecil yang terus merengek agar keinginan
itu terkabul. Namun disisi yang berbeda, terkadang kita memang mesti memiliki
tekad itu untuk melawan keterbatasan logis orang dewasa yang membatasi diri
dengan sebuah atap, berbeda dengan anak kecil yang selalu memandang tanpa batas
ke langit. Ya, suatu waktu dalam kehidupan kita selayaknya memang harus seperti
itu, breakthrough the limit.
Pada akhirnya dengan biaya munashoroh (sumbangan sukarela) dari
teman-teman se-UGM, saya dan 3 kawan saya dapat melakukan perjalanan itu. Kami
akan mendampingi dan memberikan materi Training dalam Rapat Koordinasi LDK
Se-Sulawesi (Rakorsul). Panitia lokal diampu oleh teman FKMKI /LDK di Universitas
Hasanuddin dan dihadiri oleh para LDK dari Sulawesi utara, tengah, selatan, dan
tenggara. Saat itu turut hadir juga Bapak Anis Matta sebagai pengisi acara
Seminar Nasional sebagai rangkaian acara Rakorsul itu.
Lagi-lagi saat itu aku tidak tahu
apa-apa, hanya melakukan apa yang ku tahu, apa yang aku bisa dan apa yang aku
mengerti atas amanah ini. Haru biru teman-teman Jama’ah Shalahuddin melepas
perjalanan kami dan mengantar kami bersama-sama ke terminal Giwangan, membekali
kami dengan uang, makanan, bahkan panduan apa saja yang mesti kami lakukan ketika
di Bandara (maklum kami kaum udik yang belum pernah naik pesawat dan sering
dikira anak hilang, hehe.. ). Sampai di Surabaya kami dijemput oleh ketua
Puskomnas yang waktu itu diamanahkan pada Akh Dani Setiawan dari Unair’04,
disopiri langsung oleh beliau kami diajak sarapan dan bersilaturahmi sejenak ke
Universitas kota Pahlawan ini. Lalu kembali melesat menuju Bandara Juanda-Surabaya.
Baru kali ini aku merasakan naik
pesawat, antara bingung, seneng, takut, tapi pengen. Akhirnya sensasi lepas
landas itu aku rasakan. Mual dan pusing rasanya, ditambah telingaku jadi –ngiiing—berulang-ulang,
tapi sensasi itu terlupakan ketika ku melihat keindahan alam dari langit, subhanallah, indah sekali, betapa semua terlihat kecil ya, mudah sekali
bagi Allah untuk menenggelamkan itu semua jika Dia mau, astaughfirullah manusia itu mudah sekali lalai akan banyak nikmat
dariNya.
Sampai di Makasar kami disambut
dengan hangat oleh ukhti Dian, ukhti Ina dan Akh Ashadien. Pertemanan serta
syuting (syuro chatting) di dunia
maya ternyata membawa ukhuwah di dunia nyata, baru pertama kali bertemu tapi seperti
sudah sangat dekat. Hal ini tidak hanya berlangsung satu dua kali, tapi selama
rangkaian acara ini saat kental dengan perjuangan ukhuwah, masing-masing peserta
datang dengan perjuangan yang berbeda-beda demi saling mengikat persaudaraan
atas nama iman, untuk saling belajar dan membawa keberkahan ke daerah asal
masing-masing.
Hhemm,.. waktu itu begitu banyak
sesi perjalanan yang mesti diabadikan dan masih banyak hikmah yang belum sempat
tersampaikan dengan sempurna. Semoga saya masih sempat menuliskannya kembali. Aamiin.
Saat ini saya mesti hear and now dulu. Kembali me-rapat ke
negeri Daeng dengan tujuan, kawan,
perjuangan serta kondisi yang berbeda. Sepertinya Allah memberikan rizkinya
padaku melalui jalan ini dengan berpindah dari rapat satu ke rapat yang lain untuk
bisa mengelilingi Indonesia. Oh, tapi yang jelas bukan untuk mengelilingi
Indonesia-nya. Semoga dengan jalan ini kita pun semakin dekat pula untuk
me-rapat ke SurgaNya. Allahu’alam.
Terimakasih untuk teman-teman yang telah setia menemani saya, bahkan
lebih setia daripada hape dan laptop saya dalam mengarungi perjuangan ini ^^V. Sungguh akan lebih baik balasan itu datangnya
dari ALLAH SWT, karena Dia telah berjanji bahwa barang siapa yang menolong
agama Allah maka Allah pun akan menolongnya (Q.S Muhammad ayat 7). Perjuangan
terbaik untuk teman-teman yang masih berjihad akademik, ayo terus lanjutkan! mari
kita sama-sama saling mengingatkan bahwa kerinduan menjadi sarjana itu bukan
serta merta mendapatkan ijazah saja, tapi bagaimana kita menemukan seni dalam
berilmu sesuai bidang kita masing-masing. Paling tidak kita mampu mengendalikan
nafsu kita untuk meneruskan dan bersabar atas apa yang pernah kita mulai. Keep fight!!!!
Malino-Makasar, 11 Januari 2013 (Rapat Kerja Nasional Beastudi
Etos-Dompet Dhuafa)
Pejuang Beastudi Etos Jogja - Avisenna Pramitasari (@avicesun)
baca postingan ini akan lebih enak kalo jarak paragrafnya diperlebar vis, sipp
BalasHapusnais pos!! :)
owkeh, akan lebih diperhatikan.
Hapusbaru otak atik blog lagi setelah sekian lama.hehe
nais komen!!