Minggu, Januari 27, 2013

Dari Rumah Cahaya menuju Rumah Cinta (bag.2)


“apa visi misi etos, mbak avis?” tanya pak agus menyadarkanku dari lamunan.
oh ya, saat ini aku sedang menyambut tamu dari manajemen pusat, dan  kita semua sedang dalam perjalanan  menuju lokasi tempat forum manajemen diadakan.
“belum tahu pak, hehe” jawabku  jujur. “apa mbak un? tanyaku polos,
“wah gimana ni mba uni, segera ditransfer dong, biar tahu visi besar kita!” kelakar pak agus sambil tertawa-tawa.
sambil menyodorkan HP nya untuk ku baca mbak uni menjawab, “ini lho piis, bisa dilihat di webnya etos,hehe..”
“Ooo...yaya”  ku jawab dengan lemah dan  kembali diam menerawang.
Semalam an  itu kuberusaha menjadi anak baiknya, yang diam, mendengarkan, dan mencoba memahami apa yang dibicarakan di forum itu, mengenai perkembangan etoser, bagaimana perkembangan IP mereka, perilaku di asrama, prestasi-prestasi yang mereka goreskan, bagaimana mereka mencukupi kebutuhan finansial mereka, dan agenda-agenda sosial yang mereka kerjakan, serta apa yang sudah  manajemen lakukan untuk meningkatkan  kualitas mutu  pembinaan dan bla bla bla. 

Aku memandang gelisah jam  yang saat itu sudah menunjukkan pukul 21.30 tapi sepertinya forum belum  jua akan berakhir. Akhirnya dengan terkantuk-kantuk pukul setengah 12 malam  kami tiba di Asrama Etos Pandega, cukup menjadi rekor pertamaku dengan status masih menjadi santri yang melanggar  jam  malam. Semoga  melewati  jam malam ini bukanlah tanda kefuturan  pikirku menghibur diri.


Acara monev di tutup dengan acara filantropi pendidikan yang dilaksanakan di Mbah Jenggot Jakal atas . Acara ini mengundang  jejaring etos jogja baik perwakilan lembaga  maupun perorangan yang  pernah mengisi acara di etos. Menjadi seorang dokumenter membuatku terus menyimak dan  memperhatikan apa yang berlangsung dalam perbincangan  ini.
 Duh,  sebenarnya gak pede juga harus berkeliling dan mengambil gambar, biasanya kalau ada ikhwan  ya bukan akhwat yang motret, ..”keluhku pada pak Hasan yang waktu itu datang membantu.
“hahaha... kalau di etos vis, kamu gak pede, kamu gak berani, kamu gak akan bisa berkembang!!”kata pak Hasan menyemangati.
“iya, iya pak, saya kan masih belajar, tunggu saja hasilnya hehe...” balesku gak mau kalah.
Acara ini ditutup oleh Iqbal mennjelang maghrib dan semua peserta beserta manajemen pusat-daerah berfoto bersama mengabadikan moment ini. Kami pun bersegera melaksanakan sholat maghrib, sembari menunggu giliran,  mba uni dapat kabar kalo mba uzy butuh bantuan untuk diantar cek lab. Untungnya kami masih memakai mobil Pak Mur, alhasil ba’da sholat Pak Imron, mba Uni dan saya meluncur ke rumah mba uzy di Jetis. Hmm.. sebenarnya bingung juga karena mesti meninggalkan  mb musta yang masih sholat tapi bagaimana lagi, gak mungkin kan membiarkan seseorang jadi berkhalwat, keribetan ini untuk mendatangkan keberkahan.

Benar saja, selang beberapa saat mbak uni dapat kabar kalau ada pertemuan SDP dari pusat bersama teman-teman etoser di Pandega.  Apa pula ini, pikirku.
Ternyata Pusat langsung menghubungi ketua SDP yang saat itu diampu oleh Anang etoser09 tanpa perantara pak Hasan sebagai PJ SDP maupun mba musta yang saat ini masih menjadi PJs untuk SDP dari manajemen, misscom ceritanya karena dari pusat juga mengira etoser yang bersangkutan mengkomunikasikan ke manajamen daerah. Pak Hasan marah terhadap perihal ini, dan kecewa dengan proses yang berjalan.
Akhirnya kami bisa berbagi tugas, mba Musta dan Iqbal  ke acara SDP dan kami tetap mengantar mb uzy dulu baru menyusul ke pandega.

Lelah fisik dan psikis menjadi penglengkap hari ini, tapi Alhamdulillah acara monev berjalan dengan lancar, dan kehidupan lain menantiku di Asrama Asma Amanina. Pelajaran berharga hari ini adalah jangan pernah menyerah sebelum mencoba, karena kita tidak tahu kita bisa atau tidak sebelum benar-benar mencoba. Komunikasi menjadi hal yang penting karena ia yang menghubungkan antara hal satu dengan hal yang lain, jangan pernah menyalahkan misscom bila kita belum berusaha membangun komunikasi yang baik.

Tiba di Asma pukul 22.00, salah seorang pemandu membukakan pintu gerbang untukku, karena sudah kukomunikasikan sebelumnya bahwa ku akan pulang k Asma cukup larut.
Melewati ruang utama kujumpai pemandangan yang sudah akrab, santri-santri yang kelelahan  selepas kuliah malam, untuk kali ini selepas latihan khataman lebih tepatnya. Ruang yang lapang lebih menggoda daripada kasur yang empuk tapi jauh, tunggu saja beberapa saat barulah mereka akan kembali ke kamarnya masing-masing. Hehe.. dengan melihat wajah  mereka cukup menyapu rasa lelahku hari ini. Aku pun bergegas ke Mudzalifah 9, kamarku. Malam ini ku mesti membereskan banyak hal dulu sebelum besok aku mulai tinggal di Asrama Etos untuk kembali belajar banyak hal dari mba musta.

Ahad siang, pekan  ke 3 oktober 2011
eeRrtt..eerrt , hpku bergetar, sms masuk.
“mbak bisa temui saya nanti sore, urgent”
“ada apa dek?” jawabku segera.
“saya gak bisa bilang saat ini, saat mbak ketemu saya, baru akan tahu pentingnya ini”
Semua agenda kubatalkan sore itu, ku hanya bisa berdo’a semoga apapun itu Allah pasti menolong.
Tubuhnya tak berhenti gemetar, wajahnya pucat, matanya sembab dan berkantung, dia menceritakan satu per satu kronologi kejadian itu, ia tak berhenti memainkan jari-jarinya--- gelisah. Aku hanya bisa diam, takjub tak percaya, antara mesti marah dulu, prihatin atau bersedih. Ya Rabb, saat-saat seperti ini... astaughfirullahal ‘adzim... aku beristighfar, apa ini salahku? Atau Allah yang hendak mengujiku. Aku berusaha tenang walau masih tegang, aku  mulai merencanakan apa yang mesti aku  lakukan setelah  ini. Sebelum hari Jum’at persoalan ini mesti clear, kita bertemu langsung dengan pelaku beserta bukti-buktinya. 

Hari-hari ke depan, hidupku mirip dengan cerita detektif yang fussion dengan polisi yang ahli muhasabah. Setiap hari bertemu dengan orang yang berbeda, mencari informasi, mencari kebenaran dari opini yang ada. Kepalaku pening, kesadaranku tinggal separo saat sampai di asrama, mba musta sedang pulang dan  ia pun sudah mulai mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pulang.
Eerrtt..errrtt.. hpku bergetar
“vis, besok standby ya,saya sudah kontak keamanan untuk membantu”
Sms dari teman yang bisa dipercaya.  Aku mesti menyiapkan ruhiyah lebih kuat, ahhya mestinya besok aku ada kuliah, tapi sepertinya tidak sempat memikirkan hal itu. Paginya, setelah forum pagi yang sangat ramai, temanya debat tentang persoalan wanita, hmm..lumayan juga untuk me-refresh walau hanya sejenak.
 ***
Aku melesat menuju lokasi, disana cukup lama menunggu, dan ternyata ia sengaja berdiam di kamar mandi, ku ketok-ketok pintunya sampai ia keluar. Setelah perdebatan yang cukup alot akhirnya dia keluar, ternyata ia memakai cadar dan langsung berjalan cepat sekali, aku mengejar dan menghampirinya. 
“Hhuuffh...tunggu mbak..!” seruku. “salaman dulu.., nama ku avis” dengan wajah yang berusaha tersenyum  kumemintanya mengenalkan diri juga.

“eneng...” jawabnya singkat. Ku mesti mengambil kepercayaannya dulu, lalu kuceritakan semua yang ku tahu dan kukonfirmasi semua info yang ada. Setengah tak percaya, ia mencoba menghubungi nomor teman yang aku ceritakan itu, tidak aktif.  Setelah berkali-kali dibujuk,  akhirnya ia menyerah juga dan mau ikut bersamaku ke tempat perjanjian. Dan semua persoalan pun menjadi jelas.
Tak ada gading yang tak retak, peribahasa ini cukup mewakili pelajaran hidup hari ini. Bahwa di tengah komunitas para penolong agama Allah pun ternyata pasti ada setan penyusup berwujud manusia, yang menghalalkan segala cara atas nama agama. Kita semua tahu itu, tapi Allah benar-benar menyadarkanku hari ini. Di tengah rinai hujan sore itu, alhamdulillah mereka bertiga bertaubat nasuha disaksikan oleh Ustadz dan teman yang mewakili sebagai saksi mereka. Akhirnya ku bawa Eneng pulang, dan kuantarkan ke terminal, 
“biarlah ini menjadi sebuah pelajaran”katanya lirih, afwan mba, sempat su’udzon diawal” tambahnya. “iya gak papa, dah biasa ko..” jawabku sambil ketawa. Kami pun berpisah di Giwangan.
Eerrtt..errrttt.. Hpku bergetar lagi.
“Aslm, vis malam ini dan besok kamu wajib berada di Asma ya.. ”
Sms dari mba puji ini menyadarkan ku kembali pada dunia normal, 4 hari ini serasa mimpi saja, aku menepuk-nepuk pipiku,” inget vis, status mu sekarang pendamping etos dan besok Sabtu itu kamu wisuda Asma,” seruku pada diriku sendiri.

Untung waktunya pas saat mba musta ada di asrama, jadi kami bisa gantian, setelah pamit dan menyampaikan undangan wisuda Asma ke teman-teman etos. Aku pun kembali meluncur ke jalanan. Gemerlap malam  jalanan dengan lampu-lampu yang menyala di sekitar ring road merupakan salah satu suasana favoritku. Gimana gitu..., apalagi saat jalanan sepi.. ^^ (bersambung)


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Yuk Diskusi