oh ya, saat ini aku sedang menyambut tamu dari manajemen pusat, dan kita semua sedang dalam perjalanan menuju lokasi tempat forum manajemen diadakan.“belum tahu pak, hehe” jawabku jujur. “apa mbak un? tanyaku polos,“wah gimana ni mba uni, segera ditransfer dong, biar tahu visi besar kita!” kelakar pak agus sambil tertawa-tawa.sambil menyodorkan HP nya untuk ku baca mbak uni menjawab, “ini lho piis, bisa dilihat di webnya etos,hehe..”“Ooo...yaya” ku jawab dengan lemah dan kembali diam menerawang.
Semalam an itu kuberusaha
menjadi anak baiknya, yang diam, mendengarkan, dan mencoba memahami apa yang
dibicarakan di forum itu, mengenai perkembangan etoser, bagaimana perkembangan
IP mereka, perilaku di asrama, prestasi-prestasi yang mereka goreskan, bagaimana
mereka mencukupi kebutuhan finansial mereka, dan agenda-agenda sosial yang
mereka kerjakan, serta apa yang sudah
manajemen lakukan untuk meningkatkan
kualitas mutu pembinaan dan bla
bla bla.
Aku memandang gelisah jam
yang saat itu sudah menunjukkan pukul 21.30 tapi sepertinya forum
belum jua akan berakhir. Akhirnya dengan
terkantuk-kantuk pukul setengah 12 malam
kami tiba di Asrama Etos Pandega, cukup menjadi rekor pertamaku dengan
status masih menjadi santri yang melanggar
jam malam. Semoga melewati
jam malam ini bukanlah tanda kefuturan
pikirku menghibur diri.
Acara monev di tutup dengan acara filantropi pendidikan yang
dilaksanakan di Mbah Jenggot Jakal atas . Acara ini mengundang jejaring etos jogja baik perwakilan lembaga maupun perorangan yang pernah mengisi acara di etos. Menjadi seorang
dokumenter membuatku terus menyimak dan
memperhatikan apa yang berlangsung dalam perbincangan ini.
“Duh, sebenarnya gak pede juga harus berkeliling dan mengambil gambar, biasanya kalau ada ikhwan ya bukan akhwat yang motret, ..”keluhku pada pak Hasan yang waktu itu datang membantu.“hahaha... kalau di etos vis, kamu gak pede, kamu gak berani, kamu gak akan bisa berkembang!!”kata pak Hasan menyemangati.“iya, iya pak, saya kan masih belajar, tunggu saja hasilnya hehe...” balesku gak mau kalah.
Acara ini ditutup oleh Iqbal mennjelang maghrib dan semua peserta
beserta manajemen pusat-daerah berfoto bersama mengabadikan moment ini. Kami pun
bersegera melaksanakan sholat maghrib, sembari menunggu giliran, mba uni dapat kabar kalo mba uzy butuh
bantuan untuk diantar cek lab. Untungnya kami masih memakai mobil Pak Mur,
alhasil ba’da sholat Pak Imron, mba Uni dan saya meluncur ke rumah mba uzy di
Jetis. Hmm.. sebenarnya bingung juga karena mesti meninggalkan mb musta yang masih sholat tapi bagaimana
lagi, gak mungkin kan membiarkan seseorang jadi berkhalwat, keribetan ini untuk
mendatangkan keberkahan.
Benar saja, selang beberapa saat mbak uni dapat kabar kalau ada
pertemuan SDP dari pusat bersama teman-teman etoser di Pandega. Apa pula ini, pikirku.
Ternyata Pusat langsung menghubungi ketua SDP yang saat itu diampu
oleh Anang etoser09 tanpa perantara pak Hasan sebagai PJ SDP maupun mba musta
yang saat ini masih menjadi PJs untuk SDP dari manajemen, misscom ceritanya karena dari pusat juga mengira etoser yang
bersangkutan mengkomunikasikan ke manajamen daerah. Pak Hasan marah terhadap
perihal ini, dan kecewa dengan proses yang berjalan.
Akhirnya kami bisa berbagi tugas, mba Musta dan Iqbal ke acara SDP dan kami tetap mengantar mb uzy
dulu baru menyusul ke pandega.
Lelah fisik dan psikis menjadi penglengkap hari ini, tapi
Alhamdulillah acara monev berjalan dengan lancar, dan kehidupan lain menantiku
di Asrama Asma Amanina. Pelajaran berharga hari ini adalah jangan pernah menyerah sebelum mencoba, karena kita tidak tahu kita
bisa atau tidak sebelum benar-benar mencoba. Komunikasi menjadi hal yang
penting karena ia yang menghubungkan antara hal satu dengan hal yang lain,
jangan pernah menyalahkan misscom bila
kita belum berusaha membangun komunikasi yang baik.
Tiba di Asma pukul 22.00, salah seorang pemandu membukakan pintu
gerbang untukku, karena sudah kukomunikasikan sebelumnya bahwa ku akan pulang k
Asma cukup larut.
Melewati ruang utama kujumpai pemandangan yang sudah akrab,
santri-santri yang kelelahan selepas
kuliah malam, untuk kali ini selepas latihan khataman lebih tepatnya. Ruang
yang lapang lebih menggoda daripada kasur yang empuk tapi jauh, tunggu saja
beberapa saat barulah mereka akan kembali ke kamarnya masing-masing. Hehe..
dengan melihat wajah mereka cukup
menyapu rasa lelahku hari ini. Aku pun bergegas ke Mudzalifah 9, kamarku. Malam
ini ku mesti membereskan banyak hal dulu sebelum besok aku mulai tinggal di
Asrama Etos untuk kembali belajar banyak hal dari mba musta.
Ahad
siang, pekan ke 3 oktober 2011
eeRrtt..eerrt , hpku bergetar, sms masuk.“mbak bisa temui saya nanti sore, urgent”“ada apa dek?” jawabku segera.“saya gak bisa bilang saat ini, saat mbak ketemu saya, baru akan tahu pentingnya ini”
Semua
agenda kubatalkan sore itu, ku hanya bisa berdo’a semoga apapun itu Allah pasti
menolong.
Tubuhnya tak berhenti gemetar, wajahnya pucat, matanya sembab dan
berkantung, dia menceritakan satu per satu kronologi kejadian itu, ia tak
berhenti memainkan jari-jarinya--- gelisah. Aku hanya bisa diam, takjub tak
percaya, antara mesti marah dulu, prihatin atau bersedih. Ya Rabb, saat-saat
seperti ini... astaughfirullahal ‘adzim... aku beristighfar, apa ini salahku?
Atau Allah yang hendak mengujiku. Aku berusaha tenang walau masih tegang, aku mulai merencanakan apa yang mesti aku lakukan setelah ini. Sebelum hari Jum’at persoalan ini mesti
clear, kita bertemu langsung dengan pelaku beserta bukti-buktinya.
Hari-hari ke depan, hidupku mirip dengan cerita detektif yang fussion dengan polisi yang ahli muhasabah.
Setiap hari bertemu dengan orang yang berbeda, mencari informasi, mencari
kebenaran dari opini yang ada. Kepalaku pening, kesadaranku tinggal separo saat
sampai di asrama, mba musta sedang pulang dan
ia pun sudah mulai mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pulang.
Eerrtt..errrtt.. hpku bergetar“vis, besok standby ya,saya sudah kontak keamanan untuk membantu”
Sms dari teman yang bisa dipercaya. Aku mesti menyiapkan ruhiyah lebih kuat, ahhya
mestinya besok aku ada kuliah, tapi sepertinya tidak sempat memikirkan hal itu.
Paginya, setelah forum pagi yang sangat ramai, temanya debat tentang persoalan
wanita, hmm..lumayan juga untuk me-refresh
walau hanya sejenak.
***
Aku melesat menuju lokasi, disana cukup lama menunggu, dan ternyata
ia sengaja berdiam di kamar mandi, ku ketok-ketok pintunya sampai ia keluar.
Setelah perdebatan yang cukup alot akhirnya dia keluar, ternyata ia memakai
cadar dan langsung berjalan cepat sekali, aku mengejar dan menghampirinya.
“Hhuuffh...tunggu mbak..!” seruku. “salaman dulu.., nama ku avis” dengan wajah yang berusaha tersenyum kumemintanya mengenalkan diri juga.
“eneng...” jawabnya singkat. Ku mesti mengambil kepercayaannya dulu, lalu kuceritakan semua yang ku tahu dan kukonfirmasi semua info yang ada. Setengah tak percaya, ia mencoba menghubungi nomor teman yang aku ceritakan itu, tidak aktif. Setelah berkali-kali dibujuk, akhirnya ia menyerah juga dan mau ikut bersamaku ke tempat perjanjian. Dan semua persoalan pun menjadi jelas.
Tak ada gading
yang tak retak, peribahasa
ini cukup mewakili pelajaran hidup hari ini. Bahwa di tengah komunitas para
penolong agama Allah pun ternyata pasti ada setan penyusup berwujud manusia,
yang menghalalkan segala cara atas nama agama. Kita semua tahu itu, tapi Allah
benar-benar menyadarkanku hari ini. Di tengah rinai hujan sore itu,
alhamdulillah mereka bertiga bertaubat nasuha disaksikan oleh Ustadz dan teman
yang mewakili sebagai saksi mereka. Akhirnya ku bawa Eneng pulang, dan
kuantarkan ke terminal,
“biarlah ini menjadi sebuah pelajaran”katanya lirih,
afwan mba, sempat su’udzon diawal” tambahnya. “iya gak papa, dah biasa ko..”
jawabku sambil ketawa. Kami pun berpisah di Giwangan.
Eerrtt..errrttt.. Hpku bergetar lagi.“Aslm, vis malam ini dan besok kamu wajib berada di Asma ya.. ”
Sms dari mba puji ini menyadarkan ku kembali pada dunia normal, 4
hari ini serasa mimpi saja, aku menepuk-nepuk pipiku,” inget vis, status mu
sekarang pendamping etos dan besok Sabtu itu kamu wisuda Asma,” seruku pada
diriku sendiri.
Untung waktunya pas saat mba musta ada di asrama, jadi kami bisa
gantian, setelah pamit dan menyampaikan undangan wisuda Asma ke teman-teman
etos. Aku pun kembali meluncur ke jalanan. Gemerlap malam jalanan dengan lampu-lampu yang menyala di
sekitar ring road merupakan salah satu suasana favoritku. Gimana gitu..., apalagi
saat jalanan sepi.. ^^ (bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk Diskusi