Minggu, Desember 13, 2015

Kubus Komunikasi

Namanya kubus, memiliki 6 sisi yang berbeda. Masing-masing memilki warna yang berbeda. Apabila dua orang memandangi kubus itu pada saat yang bersamaan, lalu orang ketiga bertanya “apa warna yang kau lihat?” Menurutmu apa yang akan mereka jawab? Ya, dua orang itu bisa jadi akan menjawab 2 warna yang berbeda. Si A menjawab merah sementara Si B akan menjawab Kuning. Karena mereka hanya melihat dari satu sisi. Keduanya tidak salah. Kemudian si C meminta keduanya untuk berganti tempat, dan bertanya sekali “sekarang warna apa yang kalian lihat?”

Guys, manusia itu kompleks banget ya, masalah kecil bisa menjadi besar, walau sekedar perbedaan pendapat.  Kalo saja Si C tidak meminta bergantian tempat, tentu saja Si A dan Si B keluar dari ruangan itu masih bersikeras dengan jawabannya masing-masing, merasa benar dan tidak mau kalah. Namun, dengan memandang dari sisi yang berbeda kita akan mengerti mengapa orang memberikan jawaban yang berbeda. Setiap orang memberi jawaban atas apa yang mereka lihat.

Jawaban juga akan berbeda ketika kita berada di posisi si C (ditengah-tengah) kita akan melihat kubus itu berwarna-warni yaitu kuning, merah dan hijau. Si C memandang dari posisi yang lebih tinggi sehingga ia bisa melihat lebih banyak. Si C memahami mengapa Si A dan Si B berlainan pendapat dan memaknai perbedaan itu sebagai dinamika yang positif, dan si C pun menyelesaikannya dengan tepat. Itulah kebijaksanaan. ^&^

Dalam dunia nyata, bukankah banyak sekali komunikasi yang terjadi? Baik dengan rekan sejawat, dengan adik yang lebih muda, atau para senior yang memiliki segudang pengalaman. Lalu bagaimana dengan kita? Bagaimana cara kita berkomunikasi?
Saya? Hmmm... justru saya menulis tulisan ini karena saya sedang ingin mengobati trauma saya terhadap  cara komunikasi saya (=P). Saya masih berada di posisi yang tidak tetap, bisa menjadi Si A, Si B ataupun Si C. Kadang pertengkaran kecil bisa menjadi bumbu tersendiri untuk “ukhuwah” tapi bukan bumbu yang sedap jika terlalu banyak. Hehe...

Saya banyak merenungi hal itu dan saya juga meminta bantuan teman-teman yang sering berinteraksi dengan saya. Lalu saya membuat kuisioner seperti ini.

Assalamu'alaykum. Halo teman2, saya hari ini sedang merancang agenda untuk diri saya, untuk itu perlu data baseline dari kalian yang pernah berinteraksi denganku, dari skala 1-5, 1 paling rendah dan 5 paling tinggi, tolong jawab jujur karena tidak akan memengaruhi hubungan kita hehe, menurut kalian: seberapa cocoknya niat baik dengan cara menyampaikan yg baik dari seorang Avisenna?  Thx feedbacknya..
Kalian tahu bagaimana tanggapannya?
^^ ada yang langsung menjawab sesuai yang saya harapkan, tapi beberapa tak jarang juga tidak mengerti dengan maksud saya (V**). Artinya ini memang cara menyampaikan juga belum standar normal, karena gak semua paham (haha).
Lalu ada adek binaan saya dulu yang membantu menerjemahkan pertanyaan itu dengan lebih mudah, yaitu:
*Cara Mba Avis dlm menyampaikan niat baik* udah baik atau belom?
1 paling rendah,5 paling baikCoblos no 1📌Coblos no 2📌Coblos no 3📌Coblos no 4📌Coblos no 5📌
Hasilnya,
 Orang yang lebih tua menjawab 3,5 dan kurang dari itu; itu orang yang lebih muda dibagi dua kategori  1) adek-adek yang intens berinteraksi menjawab 3 dan kurang dari itu, 2) sudah data lama (dulu2 banget) 4 ke atas; sementara teman-teman sepantaran rata-rata menjawab 3 dan 4. =D
Lalu saya menyimpulkan, ternyata komunikasi saya ada yang belum “pas” terutama untuk komunikasi ke yang lebih muda dan tua. Saya juga menyadari bahwa saya selalu menganggap “seseorang” itu teman. Jadi kadang sok akrab, bisa jadi yang lebih tua merasa kurang berkenan karena “rasa hormat” kok kurang ya. Sedangkan yang muda merasa “ini udah tua kok seperti anak kecil” haha.. 
Saya excited dengan survey random ini. Niat baiknya biar lebih akrab, tapi ternyata masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda. Saya terlalu memaksakan setiap orang dapat menerima saya apa adanya, jadi dimanapun bersama siapapun “inilah saya, apa adanya”.

Menjadi apa adanya ini bisa menjadi senjata bermata dua. Kalo baik dibilang polos, kalo jelek dibilang seenaknya aja... hehe,, maaf ya guys, masih terus memperbaiki diri sampai akhir hayat,

Terima kasih telah peduli padaku.
Terima kasih masih mau memperbaikiku.
Terima kasih telah sabar padaku.
Saling menasihati dalam kesabaran, kasih sayang, dan kebaikan.


Qur’an inspirasi:
Q.S. Al Ashr
Q.S. Al Balad ayat 17 : “Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.”





Share:

Jumat, Juni 19, 2015

NewBi =)


- Keluarga Baru - Teamwork Baru - Dunia Baru - 


Setengah isi setengah kosong, yang kosong mesti diisi dan yang diisi mesti ada ruang kosong. Melebarkan zona nyaman menjadi sebuah keniscayaan, hidup bersama karakter-karakter baru. Budaya yang akan bentuk bersama dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Tak harus memakai nama Islami untuk menjadi seorang MUSLIM SEJATI. Bukan kah begitu?

Terkadang namanya Islami tapi kok... sementara yang tak terlihat sholih ternyata sangat akhlaqul karimah. MasyaAllah... Semoga kita selalu istiqomah memperbaiki diri!
(sampul saja tak cukup guys)

Kuatkan diri menjadi muslim yang kuat berdiri di dua kaki, bahagia menjalani semua proses, terbuka dan welcome dengan semua tipe yang ada ^^. 
Saya mencintai pembelajaran ini maka saya harus terus berlatih dan berpacu dengan waktu.

Bimbing aku ya Robb, kuatkan pundaku wahai teman-teman ku :) 

BE STRONG n KEEP FIGHT!!!

Center for Public Mental Health
Share:

Senin, Mei 18, 2015

Psikologi Kebencanaan





UGM- Senin (18/5) saya berkesempatan untuk mengikuti sharing dengan alumni Psikologi angkatan 1993 yang diselenggarakan oleh CPMH. Beliau adalah Ibu Lusi Nuryanti, M.Si (PhD candedate from LeedsBacket University). Berikut liputan live nya!

Diskusi tentang Psikologi kebencanaan adalah hal yang menarik, karena pada kenyataan ketika menjadi relawan atau pun sebagai seorang psikologi relawan kita masih kebingungan untuk menghadapi response kebencanaan sebagai seorang psikologi.
Manakah yang diprioritaskan terlebih dahulu masalah makanannya kah, traumahealing, sanitasi, kebutuhan sandang, bahkan sampai ke pembahasan dan pengadaan bilik mesra namun pada akhirnya tidak terpakai, ungkap salah satu peserta.

Peran psikologi dalam kebencanaan bisa dilihat dari Disaster Management Cycle, sambung Bu Lusi.

Management Disaster
Kebanyakan permintaan terhadap relawan atau relawan psikologi ada pada event recovery dan response. Sementara event mitigation dan preparation ada pada ranah orang geografi - geologi. Namun, bila kita lihat lebih lanjut sesungguhnya peran psikologi ada dalam semua event tersebut, walaupun aspeknya bisa spesifik ke ranah tertentu. Misal psikologi pada ranah mitigation dan pre-paration adalah ranah psikolog komunitas, response dan recovery (psikologi klinis), serta tak terlepas dari ranah lain dalam membantu mereka untuk bangkit kembali. Hal yang perlu ditekankan adalah  psikologi dibutuhkan di semua aspek selama masih ada manusia! ^^


Mari kita lihat lebih dekat!

Indonesia adalah supermarket bencana, semua bencana ada, kata BNBP lho (bukan saya--lusi.red). Mulai dari bencana kekeringan, banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, gunung meletus dsb. Indonesia pasti  kesebut di top 5, entah di bagian penelitiannya, korbannya, skala bencana, hingga faktor kerugiannya.

Sayangnya, kebanyakan publikasi dari penelitian, explorasi dan publikasi tak banyak ditulis oleh orang Indonesia sendiri. Banyak para ahli dari luar negri yang menjadikan Indonesia sebagai objek penelitian. Tapi hanya sedikit dari Indonesia! T_T

Hasil gambar untuk cultural psychology of coping with disastersAda satu buku yang memotivasi saya karena disana ada satu penulis Indonesia, beliau juga alumni dari fakultas Psikologi, judulnya cultural psychology of coping with disasters tulisan dari Bu JEP. Semoga buku ini bisa menjadi pelopor karya yang lain untuk tampil.

 Mengapa (lagi) perlu psikologi kebencanaan?

  1. Indonesia memiliki 145 gunung dengan 58 masuk klasifikasi berbahaya 
  2. Indonesia memiliki jumlah populasi yang tinggal di lereng gunung berapi (<100km) terbesar di dunia yaitu 180 juta jiwa
  3. Jumlah penduduk di lereng Merapi termasuk terpadat sedunia

Penelitian saya fokus pada bencana meletusnya merapi kemarin, saya melihat fakta bahwa perlu waktu bertahun tahun untuk pemerintah jogja mampu merekolasi para penduduk yang tinggal di lereng gunung merapi. Bahkan ada yang tetap bersikukuh tidak mau pindah.

Saya melihat betapa pentingnya adanya orang psikologi dalam pengambilan kebijakan dan memahami dinamika masyarakat yang ada. Menjadi lebih strategis lagi bila masuk bagian di BPBD
(Badan Penanggulangan Benana Daerah).

Ada lagi peserta online yang bertanya bagaimana jika psikologi itu fokus pada mitigasi bencana yang atau bencana nya disebabkan oleh manusia (man made).
Bencana yang disebabkan oleh Man made – itu ya seperti nuklir,  kalau banjir merupakan kombinasi man made dan alam, atau bisa juga seperti kejadian air asia, dsb.
Peran psikologi tidak bisa dipisah-pisahkan dalam proses mitigasi bisa berperan d keduanya baik dalam menangani perilaku manusianya maupun dengan persiapan dalam penanggulangan bencana lebih lanjut, tandas Bu Lusi.

Sharing ini sungguh menarik, tapi karena azan maghrib sudah berkumandang, maka dicukupkan saja sampai disini. Semoga masih ada sharing selanjutnya. Ciao ^^


Share:

Senin, Mei 04, 2015

Pesta buku


Jogja - Hari Jumat (1/5) kemarin sy berkesempatan untuk mengunjungi Pesta Buku. Mumpung pas libur, bolehlah refreshing...
Sekitar jam 16.30 sy sampai dsana bersama anak2 RTT. Disambut dg alunan hadroh.. (kece banget ya!! *excited,). Pesta buku ini yg ngadain IKAPI ( Ikatan Penerbit Indonesia) jd beragam isinya, gak cuma buku buku Islam aja kyk di IBF..
Mulai dari novel-novel luarnegeri macam sequelnya divergent, Sea monster nya Parsy, bacaan Islami, terbitan kompas n indopress yg murah meriah, sampai kesenian dan tawaran aplikasi macam listeno.

Ini nih seni yg smpt sy dokumentasikan
Dia tidak punya telinga. Mata untuk menatap samping >,<
Inget kata kata "ini IBU BUDI" (zaman TK)
Share:

Senin, Februari 02, 2015

Dauroh Fiqh #1





Gambar  Buku Mukoddimah Fiqh
 (cover suka-suka yang nge-print karena print e-book)

Jakarta - Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan ikut sebuah Dauroh 
(Training/Diklat) namanya “Dauroh Fiqh” bersama teman-teman Darush Shalihat (DS) 
VIII tanggal 17-27 Januari 2015 di Jakarta. Acara ini bekerjama dengan rumahfiqh
 (www.rumahfiqh.com) dan pembicaranya banyak dari pengisi website tersebut.

Banyak hikmah yang saya peroleh mulai dari awal proses sampai akhir dari 
perjalanan itu. Sayang bila tidak dituliskan ^^v. 
Saya akan menceritakan dari awal perjalanan… sok kita mulai ya… 

Share:

Senin, Januari 19, 2015

Yummy Yummy yuuii



Jogja Berhati Nyaman - Hal yang paling menyenangkan dan menjadi kenangan yang selalu dirindukan adalah
nikmatnya kuliner di Jogja,,, hehe,,,

  1. Pizza
Saya termasuk penggemar roti isi ini, tapi sayangnya gak semua pizza sesuai dengan mulut dan perut. Ada tempat makan pizza yang sudah terkenal tapi sayangnya saya selalu tidak cocok, ada aja kejadian setelahnya entah sakit perut kah atau apalah, mungkin karena produk boikot siii...huu..ada juga produk lain tapi belum oke rasanya.. Nah setelah finding dan tanya sana sini ada nih yang lumayan..

tempatnya di IL Mondo, pizzanya gak terlalu tipis, kayak pizza turki yang kayak di isi..dan rasanya enak ^^, insyaAllah juga halal walaupun belum ada label MUInya, hehe.

Tempatnya pun nyaman gak bising, desainnya  unik kayak zaman Belanda gitu


2. Siomay


Makanan satu (siomay kuah segar dan Yakishori) ini juga menjadi favorite apalagi kalo di tambah ramen cumi, okonomiyaki, dan takoyaki.. hmm jadi meleleh ni air liurnya. Makanan ini bisa di dapat di Bang jobress, ada di jalan kaliurang km 8 an, sama di jalan HOS Cokroaminoto. Di jamin HALAL!













3. NASI GORENG

Memiliki bahan dasar yang sama (nasi.red) tapi mengapa rasanya bisa berbagai macam ??? itulah inovasi yang dilakukan oleh Gotri! (jakal km 5) ada nasi goreng rasa rendang, kare, tomyam, vegetarian, rasa BBQ..dan gak hanya itu..seafood pun ada. Gak Nyesel deh mampir ksini... Harganya juga relatif sedang dengan porsi yang besar. Masih sekitar 10-20k. Bisa lah irit dikit untuk diluangkan waktu bisa kuliner sebulan sekali..

*akyu banget

4. Mie ayam jamur Blimbingsari
Tak ketinggalan makanan rakyat satu ini!
Apalagi kalo jelas no pengawet no vetsin dan halal. Alhamdulillah..

Bisa banget di nikmati hanya dengan 7k di Mie ayam Blimbing sari. #Aseeek


5. Bebakaran



Cumi lada hitam - tongseng jamur dan mocacino float by Bale Bebakaran :)

6. Cane Bungo jeumpa


Share: