Rabu, November 13, 2013

#Uups! (part 1)

“Saya tidak tahu ini berkah atau musibah, saya hanya bisa berhuznudzon pada Allah SWT..” 
(Salim A.fillah – dalam dekapan Ukhuwah)

Kutipan itu diambil dari kisah seorang pemuda dan ayahnya yang dalam perjalanan hidupnya selalu berhusnudzon pada Allah sebelum berkomentar pada kejadian yang menimpa mereka. Pada akhirnya mereka hidup bahagia tanpa peduli pada komentar orang-orang pada setiap kejadian yang mereka alami.
Lalu mungkinkah kutipan kalimat tadi berlaku juga pada orang yang sedang jatuh cinta?
Hmmm, kalo sudah bicara cinta, adrenalin langsung naik, mata merem melek, membetulkan posisi duduk dan menyiapkan diri untuk membaca. Segitu menariknyakah bicara soal cinta?
Hahaha, jika penulis tidak tertarik mana mungkin ada tulisan ini? (uups!) Cinta itu fitroh. Agama Islam adalah agama cinta kasih yang mengajarkan kasih sayang kepada semua makhluq Allah SWT. Bahkan kepada hewan sekalipun, Islam telah memerintahkan kita berbagi kasih. Sebab syariah Islam itu hakikatnya adalah rahmat (kasih sayang) untuk alam semesta. Dalam firmannya Allah SWT menyebutkan :

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam. 
(QS Al-Anbiya': 107)

Dan seorang anak manusia bila mencintai lawan jenisnya, itupun bagian dari cinta yang merupakan karunia Allah SWT dan telah diberikan-Nya kepada kita untuk disyukuri. Sebab memang demikianlah Allah SWT ciptakan manusia dengan dilengkapi rasa cinta.


Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. 
(QS Ali Imran: 14)

Tapi....
Rasa cinta itu  tidak salah, yang salah jika menyuburkan cinta dengan perbuatan haram. Rasa cinta itu fitrah. Fitrah itu adalah sunnatullah setiap kehidupan. Rasa cinta itu lelah. Yang membuat insan hanyut dalam fikiran dan perasaan. Seperti Rasulullah yang mencintai umatnya, hingga dalam sakaratul maut pun umatnya disebut sampai tiga kali. Rasa cinta itu indah. Yang akan lebih indah dengan ikatan pernikahan.

Hmmmm, lalu bagaimana ya?

Jika ada laki-laki yang  sok perhatian, sok jadi kakak karena ga punya adek, sok jadi saudara karena anak tunggal, sok jadi pahlawan karena penggemar superhero, sok amanah karena semua jadi dialibikan “ini persoalan amanah, pekerjaan dsb”, akhirnya ga masalah melanggar jam malam “karena ini amanah! Penting! Ini soal tugas, PKM, dari tadi ga sempet mbahas karena kuliah, praktikum, laporan dsb...” upsss! Hati-hati jika semua sudah dijadikan alasan, bahkan diri sendiri menjadi “PEMBENARAN” bukan “KEBENARAN”.
Jadi perempuan harus hati-hati jangan keGR-an, bisa jadi memang seperti itu karakternya, dia berperilaku seperti itu pada setiap perempuan, adek kelasnya, temannya, teman dari temannya dsb. Selisik baik-baik, timbang-timbanglah dari dirimu sendiri. Karena dirimulah yang mengizinkan hadirnya, bukan orang lain. Dirimulah yang mengizinkan kenikmatan awal berlanjut kenikmatan haram karena bukan pada tempatnya. Dirimulah yang mengizinkan simpati menjadi empati, empati yang mempengaruhi hati, hingga nafsu pun seakan menjadi Cinta! Wah setan dah seneng bgt tuh, memperindah hal hal yang sebenarnya sama sekali tidak indah.

Berikunya saya ganti subjek perempuan dengan kata akhwat. Mengapa? Definisi akhwat disini adalah seorang perempuan yang dilegitimasi rajin belajar agama dan memiliki lingkungan yang Islami.  Subjek ini menjadi lebih menarik karena setiap orang menginginkan pasangan yang se-irama, se-paham, sehingga aktivitas dalam membangun agama/dakwah ini mudah terkena penyakit VMJ, upss! Hati-hati jika niat karena Allah sudah berganti karena si do’i, datang menjenguk teman karena ada dia, syuro karena ada dia, diskusi karena ada dia, TPA karena ada dia. Apalagi kalo dia ga datang kamunya kecewa. Wah, wah, harus terapi hati nih.

Hmmmm,............................tenangkan diri, ambil nafas dalam-dalam........ keluarkan pelan-pelan...................hembuskan......

Lalu mana yang harus lebih menjaga? Akhwat ? si perempuan tadi? Ato ikhwan si cowok jagoan?
Sebagai seorang perempuan, semoga saya juga termasuk orang yang menjaga (mohon diluruskan ketika saya khilaf ). Menekankan bahwa akhwatnya yang harus kuat.
Jika seorang perempuan lemah dengan hatinya, dengan komitmennya, dengan keputusannya, dengan penjagaannya, dengan imannya. Akan muncul celah-celah yang menjadi rapuh, dan mudah sekali menjadi larut selanjutnya  “modus” dan “alibi” yang menjadi bukti.

Sementara ikhwan, juga sudah mampu, menikah saja tidak masalah, silakan, itu lebih baik bagimu, jika tidak mampu silakan berpuasa dan tutup pintu rapat-rapat. Sudah ada haditsnya toh?
Namun, banyak kejadian yang membuat saya menghela nafas. Seringkali muncul berbagai reaksi yang bermacam-macam menghadapi kasus VMJ ini.
Beberapa kasus yang terjadi membuat saya mengkategorikan tipe perempuan dalam menghadapi “cinta” menjadi beberapa kriteria :

1.      Akhwat Ngeyel

Sudah tahu harusnya gimana, sudah kembali diluruskan baiknya seperti apa. Tetap aja suka bermain api, tetep ngumpul barenglah, alibinya banyak mulai dari ngerjain tugas, PKM, rapat, survei, hanya dia yang bisa dimintai tolong dsb. Busyeet dah! Kami hanya bisa melihat apa yang dzohir , yang nampak, urusan hati urusanmu sama Allah, tapi jika yang kami lihat adalah kamu menikmatinya, apa masih mau mengelak “saya gak suka, kami hanya berteman biasa”. Uppsss! Hati-hati loh!

2.      Akhwat Mlipir
Namanya juga mlipir pasti itu dipinggir, sewaktu-waktu ga apa-apa melanggar aturan, toh juga ga gitu-gitu banget. Ya kayak kita berkendara, baru kapok kalo lihat orang mlipir terus ketabrak. Uupps!
Maksudnya adalah dia berada dipinggiran antara dua alam. Ada temennya begini begitu didiemin aja, males ga urus, terkadang juga ngomporin, nantangin, manasin, nyomblangin. Tapi akhirnya juga lepas tangan dari hal itu, itu kan pilihanmu! Hidupmu! Jadi ya terserah lu. #apatis deh sebenarnya.
Artinya dia juga apatis sama yang namanya cinta, #apasih! G bs dimakan,hoho.  Hanya Allah yang bisa membolak balikkan hati dan memberi hidayah.

3. Akhwat Anggun

Akhwat yang tetap manis, menawan, adem ayem, nurut, tetap komunikatif, rajin kajian, amal yaumiahnya juga baik, amanahnya beres. Tapi ternyata dia diam-diam memiliki laki-laki idaman ato main hati dengan lawan jenis,uUPPsS! Ko bisa? Namanya juga manusia, kalo ga punya nafsu namanya malaikat! Cuma satu hal yang dia ingkari adalah bahwa Allah mengetahui segala kejadian yang ada di dunia, termasuk juga isi hati, termasuk juga kejadian yang sembunyi-sembunyi, kita juga tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa Allah sebaik-baik saksi. Na’udzubillahi min dzalik.

4. Akhwat Judes

Akhwat tipe seperti ini biasanya malas sama partner yang lelet, apalagi ikhwan, ikhwan kok lembreto. Jadi dia gak mau ambil pusing dengan permasalahan hati, yang penting kerjaan beres. Lebih dominan, nakutin kalo lagi marah, dan biasanya tegas kalo ada yang ketahuan VMJ, jadi banyak temen-temennya yg g bebas juga kalo mau curhat. Hanya bisa takluk pada orang-orang yang “lebih” daripada dia.

Ke empat tipe ini adalah tipe ekstrim extra lebay, dan mungkin hanya beberapa orang yang mutlak memiliki tipe seperti ini, tapi gak sedikit juga yang merupakan gabungan dari beberapa tipe ini.
Tipe ini berlaku juga untuk ikhwan, sama saja, hanya cara bereaksinya saja yang berbeda.

Adakah darimu yang mirip dengan tipe di atas?

Tulisan ini dibuat memang untuk memberi peringatan, dan kabar gembira. Jikalau ada yang tersungging eh tersinggung karena tulisan ini bersyukurlah bahwa artinya hatimu masih peka antara kebenaran dan kebatilan, kalo gak salah kenapa hrs tersinggung? Jikalau tidak memberi pengaruh apa-apa ya semoga bisa memberi pengaruh bagi yang lain dan membuat kita lebih dekat pada cintaNya.


Pada akhirnya saya mohon ampun pada Allah, karena saya juga manusia yang tidak lepas dari salah dan jauh dari sempurna, sama-sama mari kita mengobati hati agar selalu menumbuhkan iman dan cinta karenaNya. insyaAllah akan saya bahas di tulisan ke dua.

Have barokah day :)

Maraji’:
Al Qur’anulkariim
Fiqh Sunnah 2 -  Sayyid Sabiq
Dalam Dekapan Ukhuwah – Salim A.Fillah
Mencari hikmah yang tercecer di tengah kehidupan


Share: