“Saya tidak tahu ini berkah atau musibah, saya hanya bisa berhuznudzon pada Allah SWT..”(Salim A.fillah – dalam dekapan Ukhuwah)
Lalu
mungkinkah kutipan kalimat tadi berlaku juga pada orang yang sedang jatuh
cinta?
Hmmm,
kalo sudah bicara cinta, adrenalin langsung naik, mata merem melek, membetulkan
posisi duduk dan menyiapkan diri untuk membaca. Segitu menariknyakah bicara
soal cinta?
Hahaha, jika
penulis tidak tertarik mana mungkin ada tulisan ini? (uups!) Cinta itu fitroh.
Agama Islam adalah agama cinta kasih yang mengajarkan kasih sayang kepada semua
makhluq Allah SWT. Bahkan kepada hewan sekalipun, Islam telah memerintahkan
kita berbagi kasih. Sebab syariah Islam itu hakikatnya adalah rahmat (kasih
sayang) untuk alam semesta. Dalam firmannya Allah SWT menyebutkan :
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam.
(QS
Al-Anbiya': 107)
Dan seorang anak manusia bila mencintai lawan jenisnya, itupun bagian dari cinta yang merupakan karunia Allah SWT dan telah diberikan-Nya kepada kita untuk disyukuri. Sebab memang demikianlah Allah SWT ciptakan manusia dengan dilengkapi rasa cinta.
Dijadikan
indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
(QS Ali
Imran: 14)
Tapi....
Rasa cinta itu tidak salah, yang salah jika menyuburkan cinta
dengan perbuatan haram. Rasa cinta itu fitrah. Fitrah itu adalah sunnatullah
setiap kehidupan. Rasa cinta itu lelah. Yang membuat insan hanyut dalam fikiran
dan perasaan. Seperti Rasulullah yang mencintai umatnya, hingga dalam sakaratul
maut pun umatnya disebut sampai tiga kali. Rasa cinta itu indah. Yang akan
lebih indah dengan ikatan pernikahan.
Hmmmm, lalu bagaimana ya?
Jika ada laki-laki yang sok perhatian, sok jadi kakak karena ga punya
adek, sok jadi saudara karena anak tunggal, sok jadi pahlawan karena penggemar
superhero, sok amanah karena semua jadi dialibikan “ini persoalan amanah,
pekerjaan dsb”, akhirnya ga masalah melanggar jam malam “karena ini amanah! Penting!
Ini soal tugas, PKM, dari tadi ga sempet mbahas karena kuliah, praktikum,
laporan dsb...” upsss! Hati-hati jika semua sudah dijadikan alasan, bahkan diri
sendiri menjadi “PEMBENARAN” bukan “KEBENARAN”.
Jadi perempuan harus hati-hati jangan
keGR-an, bisa jadi memang seperti itu karakternya, dia berperilaku seperti itu
pada setiap perempuan, adek kelasnya, temannya, teman dari temannya dsb.
Selisik baik-baik, timbang-timbanglah dari dirimu sendiri. Karena dirimulah
yang mengizinkan hadirnya, bukan orang lain. Dirimulah yang mengizinkan
kenikmatan awal berlanjut kenikmatan haram karena bukan pada tempatnya.
Dirimulah yang mengizinkan simpati menjadi empati, empati yang mempengaruhi
hati, hingga nafsu pun seakan menjadi Cinta! Wah setan dah seneng bgt tuh,
memperindah hal hal yang sebenarnya sama sekali tidak indah.
Berikunya saya ganti subjek perempuan
dengan kata akhwat. Mengapa? Definisi akhwat disini adalah seorang perempuan
yang dilegitimasi rajin belajar agama dan memiliki lingkungan yang Islami. Subjek ini menjadi lebih menarik karena setiap
orang menginginkan pasangan yang se-irama, se-paham, sehingga aktivitas dalam
membangun agama/dakwah ini mudah terkena penyakit VMJ, upss! Hati-hati jika niat
karena Allah sudah berganti karena si do’i, datang menjenguk teman karena ada
dia, syuro karena ada dia, diskusi karena ada dia, TPA karena ada dia. Apalagi
kalo dia ga datang kamunya kecewa. Wah, wah, harus terapi hati nih.
Hmmmm,............................tenangkan
diri, ambil nafas dalam-dalam........ keluarkan pelan-pelan...................hembuskan......
Lalu mana yang harus lebih menjaga? Akhwat
? si perempuan tadi? Ato ikhwan si cowok jagoan?
Sebagai seorang perempuan, semoga saya
juga termasuk orang yang menjaga (mohon diluruskan ketika saya khilaf ). Menekankan
bahwa akhwatnya yang harus kuat.
Jika seorang perempuan lemah dengan
hatinya, dengan komitmennya, dengan keputusannya, dengan penjagaannya, dengan
imannya. Akan muncul celah-celah yang menjadi rapuh, dan mudah sekali menjadi
larut selanjutnya “modus” dan “alibi” yang
menjadi bukti.
Sementara ikhwan, juga sudah mampu,
menikah saja tidak masalah, silakan, itu lebih baik bagimu, jika tidak mampu
silakan berpuasa dan tutup pintu rapat-rapat. Sudah ada haditsnya toh?
Namun, banyak kejadian yang membuat saya
menghela nafas. Seringkali muncul berbagai reaksi yang bermacam-macam
menghadapi kasus VMJ ini.
Beberapa kasus yang terjadi membuat
saya mengkategorikan tipe perempuan dalam menghadapi “cinta” menjadi beberapa
kriteria :
1.
Akhwat Ngeyel
Sudah
tahu harusnya gimana, sudah kembali diluruskan baiknya seperti apa. Tetap aja
suka bermain api, tetep ngumpul barenglah, alibinya banyak mulai dari ngerjain
tugas, PKM, rapat, survei, hanya dia yang bisa dimintai tolong dsb. Busyeet dah!
Kami hanya bisa melihat apa yang dzohir , yang nampak, urusan hati urusanmu
sama Allah, tapi jika yang kami lihat adalah kamu menikmatinya, apa masih mau
mengelak “saya gak suka, kami hanya berteman biasa”. Uppsss! Hati-hati loh!
2.
Akhwat Mlipir
Namanya juga mlipir pasti itu dipinggir, sewaktu-waktu
ga apa-apa melanggar aturan, toh juga ga gitu-gitu banget. Ya kayak kita
berkendara, baru kapok kalo lihat orang mlipir terus ketabrak. Uupps!
Maksudnya adalah dia berada dipinggiran antara
dua alam. Ada temennya begini begitu didiemin aja, males ga urus, terkadang
juga ngomporin, nantangin, manasin, nyomblangin. Tapi akhirnya juga lepas
tangan dari hal itu, itu kan pilihanmu! Hidupmu! Jadi ya terserah lu. #apatis
deh sebenarnya.
Artinya dia juga apatis sama yang namanya
cinta, #apasih! G bs dimakan,hoho. Hanya
Allah yang bisa membolak balikkan hati dan memberi hidayah.
3. Akhwat Anggun
Akhwat
yang tetap manis, menawan, adem ayem, nurut, tetap komunikatif, rajin kajian,
amal yaumiahnya juga baik, amanahnya beres. Tapi ternyata dia diam-diam memiliki
laki-laki idaman ato main hati dengan lawan jenis,uUPPsS! Ko bisa? Namanya juga
manusia, kalo ga punya nafsu namanya malaikat! Cuma satu hal yang dia ingkari
adalah bahwa Allah mengetahui segala kejadian yang ada di dunia, termasuk juga
isi hati, termasuk juga kejadian yang sembunyi-sembunyi, kita juga tidak bisa
membohongi diri sendiri bahwa Allah sebaik-baik saksi. Na’udzubillahi min
dzalik.
4. Akhwat Judes
Akhwat
tipe seperti ini biasanya malas sama partner yang lelet, apalagi ikhwan, ikhwan
kok lembreto. Jadi dia gak mau ambil pusing dengan permasalahan hati, yang
penting kerjaan beres. Lebih dominan, nakutin kalo lagi marah, dan biasanya
tegas kalo ada yang ketahuan VMJ, jadi banyak temen-temennya yg g bebas juga
kalo mau curhat. Hanya bisa takluk pada orang-orang yang “lebih” daripada dia.
Ke
empat tipe ini adalah tipe ekstrim extra lebay, dan mungkin hanya beberapa
orang yang mutlak memiliki tipe seperti ini, tapi gak sedikit juga yang
merupakan gabungan dari beberapa tipe ini.
Tipe
ini berlaku juga untuk ikhwan, sama saja, hanya cara bereaksinya saja yang
berbeda.
Adakah
darimu yang mirip dengan tipe di atas?
Tulisan ini dibuat memang untuk
memberi peringatan, dan kabar gembira. Jikalau ada yang tersungging eh
tersinggung karena tulisan ini bersyukurlah bahwa artinya hatimu masih peka
antara kebenaran dan kebatilan, kalo gak salah kenapa hrs tersinggung? Jikalau
tidak memberi pengaruh apa-apa ya semoga bisa memberi pengaruh bagi yang lain
dan membuat kita lebih dekat pada cintaNya.
Pada akhirnya saya mohon ampun pada
Allah, karena saya juga manusia yang tidak lepas dari salah dan jauh dari
sempurna, sama-sama mari kita mengobati hati agar selalu menumbuhkan iman dan
cinta karenaNya. insyaAllah akan saya bahas di tulisan ke dua.
Have barokah day :)
Maraji’:
Al Qur’anulkariim
Fiqh Sunnah 2 - Sayyid Sabiq
Dalam Dekapan Ukhuwah – Salim A.Fillah
Mencari hikmah yang tercecer di tengah
kehidupan
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk Diskusi