“vis gimana, mau jadi pendamping etos ga?kondisi intan saat ini tidak mungkinuntuk menjadi pendamping”
sebuah sms masuk meloncati jarak dan waktu KKN ku di lereng merapi ini. Hingga ia membawa ku
pergi menerwang jauh kehidupan yang belum ku ketahui bagaimana akan melaluinya.
Hal yang ku lakukan pertama kali setelah
mendapat sms itu adalah meminta pendapat ibu. Ditambah dialog keluarga yang akan
menghasilkan musyawarah untukku,
akhirnya saat bapak, ibu dan adek menjengukku mama mengatakan “gakpapa vis, barangkali kamu di etos akan
memberikan pembelajaran bagimu”. Baiklah
setelah wisuda Asma nanti aku akan melanjutkan untuk lagi-lagi tinggal di
asrama, tapi kali ini dengan posisi yang berbeda, menjadi pendamping.
Langkah kedua ku setelah itu, selang 2 hari masa kkn berakhir, 27
Ramadhan 1432H, mba uzy dan saya pergi
menemui Ustadz Sholihun, sebagai pengelola Asma Amanina, Pondok Pesatren Mahasiswi tempatku tinggal saat ini. Tujuannya jelas, pertama
meminta izin pada ustadz saya akan menjadi pendamping di etos, kedua, melobi ku untuk keluar lebih cepat dari Asma,
mengingat jadwal wisuda kami tgl 29 oktober 2011, tapi saya mesti sudah tinggal
di asrama mulai bulan oktober.
“pada dasarnya saya mengizinkan mbak avis untuk menjadi pendampin di etos,” kata ustadz,” tapi harapannya apa yang sudah mbak avis dapat di Asma Amanina ini dapat dilanjutkan di etos.”“hmm, maksudnya gimana ustadz?” tanya ku ingin tahu,“mbak avis sudah lulus tashih dan metodologi kan? nah, lanjutkan dakwah qur’an kita dengan mengajarkan tahsin seperti di asma”(menelan ludah)
bagaimana
bisa, kehidupan yang akan kulalui saja
belum ku tahu dengan pasti, sudah ditambah ngajar qiroaty, metodologi saja baru
kemarin sore.
“hmmm, saya baru tashih bulan februari kemarin ustadz, dan baru ikut metodologi bulan mei kemarin, apa bisa?“biisaaa..” kata ustadz dengan yakin dan elegan, “saat ini masih ada waktu untuk belajar,mulai cari pengalaman mengajar dan mulailah berdiskusi dengan mbak puji, insyaAllah dimudahkan.” tambah ustadz.(aku hanya diam, berpikir)“ya ustadz, insyaAllah avis coba lakukan dulu”
dan pertemuan singkat itu pun berakhir.
Aku
kembali pada kehidupan normalku sebagai santri, kehidupan pasca idul fitri di
rumah cahaya (sebutan untuk Asma amanina) kami adalah berlatih dan terus berlatih. Berbeda dengan kelulusan santri angkatan ke 2 lalu, kelulusan santri angkatan ke 3 ini
akan dilakukan wisuda yang mengundang orang tua, dan tamu undangan dari jejaring yang ada di asma. Salah
satu susunan acaranya dibuat seperti imtas khataman anak-anak SD. kami ber-28 yang
sudah tashih berlatih me represntasikan
hasil belajar kami di rumah cahaya ini.
kepadatan latihan
dilakukan pagi dan malam hari,
serta menyelesaikan makalah serta persiapan wisuda lainnya.
eeRrtt..eerrt , hpku bergetar, sms masuk.“vis, kapan bisa mulai tinggal di etos? asrama riweh nih, iqbal kemarin juga sudah ikut rapat manajemen lho..”gimana ya, pikirku, akhirnya aku minta pertimbangan teman-teman dan tetua disana, akhirnya aku putuskan untuk sementara ini bolak-balik asma-etos-kampus.
#etos
monjali, pekan ke 2 oktober
Secara fisik berada di asrama ini sudah cukup familiar, bagaimana
kondisi asrama dan beberapa penghuni
tetap rumah ini, dengan lampu remang-remang di lantai bawah, barang-barang
yang tidak pada tempatnya, dan lantai yang kotor karena memang parkir
sepeda dan motor berada di ruang tengah
yang posisinya di samping ruang makan. Kondisi dapur yang selalu aktif, dan
ruang bawah tangga yang termanfaatkan dengan baik, yap, satu per satu bagian
dari rumah ini berusaha kukenali dengan baik. Tentu saja aku harus membiasakan
diri dengan kondisi ini sementara ini, wajarlah kehidupan berasrama pastilah
punya kulturnya sendiri pikirku.
“aviiiis......” mbak muzta menyambutku dengan hangat.“hehe.. akhirnya aku datang, maaf ya mba, baru bisa datang”
Lalu kujelaskan kondisi ku untuk beberapa waktu ke depan, akhirnya
kami pun membuat timeline agar aku bisa beradaptasi dengan secepat-cepatnya
dengan manajemen, asrama dan juga adek-adek.
waktu itu ada 17 etoser yang ada di asrama monjali, ditambah aku
dan mba musta penghuni asrama ini ada 19 orang. Kondisi yang sangat tidak
ideal, 17 karakter yang berbeda dengan pendamping amatiran yang masih punya
banyak amanah dan kuliah.
“sabaar
vis,” hanya satu pesan itu yang
senantiasa keluar lirih dari lisan guruku.
“bisaaa,”
kata ustadz
Baiklah akan kunikmati semua permainan ini, aku mesti membawa
energi positif disini, semua ilmu
psikologi yang kutahu dan telah coba kulakukan ternyata tidak
mempan melawan waktu yang terbatas
ditiap harinya, perkembangan kedekatanku dengan adek-adek etos belum mengalami
peningkatan. Tahu satu per satu nama
mereka saja sudah merupakan prestasi.
Benar saja bila ada yang
menyatakan aku hanya seperti penginap di hotel, keluar pagi dam pulang
malam hari. Hmm, banyak tuntutan diluar
kuasa ku begitu banyak menghampiriku bulan oktober ini, persiapan dan suksesi
JS yang menyita perhatian, monev (monitoring dan evaluasi etos) yang entah
seperti apa itu dan seorang adek menteeku yang mendapat musibah, ditambah
hari H wisuda Asma yang kian dekat, aku mesti mengejar banyak hal.
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk Diskusi