Minggu, Januari 27, 2013

Dari Rumah Cahaya menuju Rumah Cinta (bag.1)

Ramadhan 1432H – Gondang Pusung, Cangkringan, Sleman

“vis gimana, mau jadi pendamping etos ga?
 kondisi intan saat ini tidak mungkin
 untuk menjadi pendamping”
sebuah sms masuk meloncati jarak dan  waktu KKN  ku di lereng merapi ini. Hingga ia membawa ku pergi menerwang jauh kehidupan yang belum ku ketahui bagaimana akan melaluinya. Hal yang ku lakukan  pertama kali setelah mendapat sms itu adalah meminta pendapat ibu. Ditambah dialog keluarga yang akan menghasilkan  musyawarah untukku, akhirnya saat bapak,  ibu dan  adek menjengukku  mama mengatakan  “gakpapa vis, barangkali kamu di etos akan memberikan pembelajaran bagimu”.  Baiklah setelah wisuda Asma nanti aku akan melanjutkan untuk lagi-lagi tinggal di asrama, tapi kali ini dengan posisi yang berbeda, menjadi pendamping. 


Langkah  kedua ku setelah  itu, selang 2 hari masa kkn berakhir, 27 Ramadhan 1432H, mba uzy dan saya  pergi menemui Ustadz Sholihun, sebagai pengelola Asma Amanina, Pondok Pesatren  Mahasiswi tempatku  tinggal saat ini. Tujuannya jelas, pertama meminta izin pada ustadz saya akan menjadi pendamping di etos, kedua,  melobi ku untuk keluar lebih cepat dari Asma, mengingat jadwal wisuda kami tgl 29 oktober 2011, tapi saya mesti sudah tinggal di asrama mulai bulan oktober.
“pada dasarnya saya mengizinkan mbak avis untuk menjadi pendampin di etos,” kata ustadz,” tapi harapannya apa yang sudah  mbak avis dapat di Asma Amanina  ini dapat dilanjutkan di etos.”
“hmm, maksudnya gimana ustadz?” tanya ku ingin tahu,
“mbak avis sudah lulus tashih dan  metodologi kan? nah, lanjutkan dakwah qur’an kita dengan mengajarkan tahsin seperti di asma”
(menelan ludah)
bagaimana bisa, kehidupan yang akan  kulalui saja belum ku tahu dengan pasti, sudah ditambah ngajar qiroaty, metodologi saja baru kemarin sore.
“hmmm, saya baru tashih bulan februari kemarin ustadz, dan  baru ikut  metodologi  bulan mei kemarin, apa bisa?
“biisaaa..” kata ustadz dengan yakin dan elegan, “saat ini masih ada waktu untuk belajar,mulai cari pengalaman  mengajar dan  mulailah berdiskusi dengan mbak puji, insyaAllah dimudahkan.” tambah ustadz.
(aku hanya diam, berpikir)
“ya ustadz, insyaAllah avis coba lakukan dulu”
dan pertemuan singkat itu pun berakhir.

Aku kembali pada kehidupan normalku sebagai santri, kehidupan pasca idul fitri di rumah cahaya (sebutan untuk Asma amanina) kami adalah berlatih dan  terus berlatih. Berbeda dengan  kelulusan santri angkatan  ke 2 lalu, kelulusan santri angkatan ke 3 ini akan dilakukan wisuda yang mengundang orang tua,  dan  tamu undangan dari jejaring yang ada di asma. Salah satu susunan acaranya dibuat seperti imtas khataman anak-anak SD. kami ber-28 yang sudah tashih  berlatih me represntasikan hasil belajar kami di rumah cahaya ini.
kepadatan  latihan  dilakukan pagi dan malam  hari, serta menyelesaikan makalah serta persiapan wisuda lainnya.
eeRrtt..eerrt , hpku bergetar, sms masuk.
“vis, kapan bisa mulai tinggal di etos? asrama riweh nih, iqbal kemarin juga sudah ikut rapat manajemen  lho..”
gimana ya, pikirku, akhirnya aku minta pertimbangan teman-teman dan tetua disana, akhirnya aku putuskan untuk sementara ini bolak-balik asma-etos-kampus.

#etos monjali, pekan  ke 2 oktober

Secara fisik berada di asrama ini sudah cukup familiar, bagaimana kondisi asrama dan  beberapa penghuni tetap rumah ini, dengan lampu remang-remang di lantai bawah,  barang-barang  yang tidak pada tempatnya, dan lantai yang kotor karena memang parkir sepeda dan  motor berada di ruang tengah yang posisinya di samping ruang makan. Kondisi dapur yang selalu aktif, dan ruang bawah tangga yang termanfaatkan dengan baik, yap, satu per satu bagian dari rumah ini berusaha kukenali dengan baik. Tentu saja aku harus membiasakan diri dengan kondisi ini sementara ini, wajarlah kehidupan berasrama pastilah punya kulturnya sendiri pikirku.
“aviiiis......” mbak muzta menyambutku dengan hangat.
“hehe.. akhirnya aku datang, maaf ya mba, baru bisa datang”
Lalu kujelaskan kondisi ku untuk beberapa waktu ke depan, akhirnya kami pun membuat timeline agar aku bisa beradaptasi dengan secepat-cepatnya dengan manajemen, asrama dan juga adek-adek.
waktu itu ada 17 etoser yang ada di asrama monjali, ditambah aku dan mba musta penghuni asrama ini ada 19 orang. Kondisi yang sangat tidak ideal, 17 karakter yang berbeda dengan pendamping amatiran yang masih punya banyak amanah dan kuliah.
“sabaar vis,” hanya satu pesan  itu yang senantiasa keluar lirih dari lisan guruku.
“bisaaa,” kata ustadz
Baiklah akan kunikmati semua permainan ini, aku mesti membawa energi positif  disini, semua ilmu psikologi  yang kutahu  dan telah coba kulakukan ternyata tidak mempan  melawan waktu yang terbatas ditiap harinya, perkembangan kedekatanku dengan adek-adek etos belum mengalami peningkatan. Tahu satu per satu  nama mereka saja sudah merupakan prestasi.
 Benar saja bila ada yang menyatakan aku hanya seperti penginap di hotel, keluar pagi dam pulang malam  hari. Hmm, banyak tuntutan diluar kuasa ku begitu banyak menghampiriku bulan oktober ini, persiapan dan suksesi JS yang menyita perhatian, monev (monitoring dan evaluasi etos) yang entah seperti apa itu dan seorang adek  menteeku yang mendapat musibah, ditambah hari H wisuda Asma yang kian dekat, aku mesti mengejar banyak hal.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Yuk Diskusi