ISLAM adalah
agama rahmatan lil ‘alamin. Mengatur urusan individu, masyarakat, negara
bahkan dunia. Ustadz Hilman Rosyad pernah menyampaikan dalam twitternya
@ustadzhilman tentang “Pentingkah dunia bagi kita umat Islam?” bahwa kita
(muslim) mesti merebut kembali dunia ini dalam naungan Islam. Allah SWT
tegaskan tugas kemanusiaan kita dalam QS 2:30 agar menjadi khalifah di dunia
untuk merawatnya, mencegah kerusakan & merecovery-nya. Dan umat Islam
paling bertanggung jawab atas kondisi dunia ini, dimana maksiat semakin meraja,
dan dipimpim oleh kaum kuffar dan dzalim. Allah SWT juga mengutus Muhammad saw
agar kita menjadi umat penabur kasih dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Jika
individu mengatur dirinya dengan Islam (baca taqwa : melaksanakan perintah dan
meninggalkan laranganNya) dalam tingkah lakunya maka Islam akan menjadi rahmat
pada dirinya. Jika Masyarakat mengatur urusannya dengan Islam maka Islam akan
menjadi rahmat pada masyarakat tersebut. Begitupun juga Negara dan Masyarakat
Dunia akan menerima rahmat penduduk negerinya jika urusan-urusan dunia tersebut
berpanduan pada Islam. Jadi wujud rahmatan lil alamin itu merupakan proses
Islamisasi dari individu sampai masyarakat dunia, jika saat ini belum tercapai,
maka kewajiban kitalah untuk mewujudkannya.
Sejak keruntuhan
kekhilafahan Turki Utsmani oleh keindahan fana dari kemerdekaan Turki yang
dipelopori Mustada Kamal Attaturk (1924M) umat muslim menjadi terpecah belah,
kesatuan aqidah berubah menjadi kesatuan nasional dan kesukuan (bangsa Arab dan
non Arab). Serangan dari eropa baik secara militer maupun ideologi sekuler semakin
melemahkan dominansi Islam pada pemerintahan saat itu. Pada akhirnya keterlibatan
Turki dalam Perang Dunia I mengakibatkan Turki kehilangan segala-galanya, di
mana militer penjajah akhirnya memasuki Istambul dan banyak wilayah turki yang
dijajah negara Eropa yang akhir merdeka menjadi negara sendiri.
Kondisi ini
demikian sangat mempengaruhi perkembangan Islam di Jazirah Arab dan dunia Islam
pada umumnya, banyak ulama yang dipasung, madrasah dan sekolah-sekolah Islam
diberangus, sekularisme dan liberalisme merajelela. Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka
perlu diadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi
penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan
dari barat. Seperti Sabda Rasulullah SAW Dari Abu Hurairah r.a. katanya
bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mengutus pada umat ini di
setiap awal 100 tahun seorang (mujaddid) yang akan memperbaharui urusan agama
mereka.” (Riwayat Abu Daud)
Salah satu gerakan pembaharu yang
berpengaruh hingga saat ini adalah gerakan Ikhwanul Muslimin dari Mesir,
didirikan oleh Hasan Al Banna pada tahun 1928M. Beliau mendefinisikan
nasionalisme yang diartikannya sebagai realisasi loyalitas negara-negara Arab
untuk mengembangkan kecintaan, kasih sayang, kebanggaan, dan kesetiaan tanpa
merusak kepatuhan terhadap agama (ar-Rasaail ats-Tsalats). Beliau melakukan
ijtihad dan membuat risalah untuk menguatkan kembali para generasi muda
akan Aqidah Islam dan implementasinya. Gerakan
ini dengan cepat mendapat banyak pengikut, dan terus berkembang menjadi
organisasi yang tertata bahkan dapat mengirimkan bantuan ke Palestina.
Namun, paska Gamal
Abdul Naser menjadi pemimpin di Mesir, IM singkatan dari Ikhwanul Muslimin,
para anggotanya dibantai dan lainnya dipenjarakan karena dianggap oposisi
pemerintahan saat itu. Hasan Al Banna meninggal dan anggota lainnya
menyelamatkan diri ke berbagai negara di timur tengah seperti Sudan, Lebanon,
Yaman, Syiria, dsb. Mereka membentuk kantong-kantong gerakan IM di seluruh
penjuru dunia, bahkan salah satu pembicaraan Hasan Al Hudaibi dan sipir penjara
masih teringat dalam benak saya. Saat itu sipir penjara mengatakan “Ikhwanul
Muslimin sudah dibubarkan di Mesir!” gertaknya, lalu dijawab tenang oleh
Hudaibi “Saya Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslim Internasional” tegasnya.
Penulis berpendapat
bahwa gerakan organisasi memang mendunia, sekat ikatan negara hanya menjadi
batas marginal dari upaya mereka mempersatukan Islam dalam naungan Khilafah.
Namun, tetap mempertahankan batas negara dan nasionalisme sebagai suatu gerakan
yang terintegrasi dari visi misi mereka. Lalu bersama-sama dengan masyarakat
dunia menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan.
Di samping itu muncul pula gerakan
Hizbuh tahrir oleh al-Nabhani setelah merivisi metode Ikhwanul Muslimin
pimpinan Hasan Al Banna di Mesir. Kemudian adanya penyatuan Negara arab dalam suatu
liga yang bernama Liga Arab yang terbentuk atas dasar kesamaan bahasa, pada
tanggal 12 Maret 1945. Anggotanya : Mesir, Syiria, Libanon, Palestina, Hijaz,
irak, Afrika Utara, Bahrein dan Kuwait.
Di India dibentuk gerakan nasionallisme yang diwakili oleh Partai Kongres
Nasional India dan juga dibentuk komunalisme yang digagas oleh Komunalisme
Islam yang disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai
Kongres nasional. Di India terdapat pembaharu yang bernama Sayyid Ahmad Khan
(1817-1898), Iqbal (1876-1938) dan Muhammad Ali Jinnah (1876-1948).
Di Indonesia, terdapat pembaharu atau partai politik besar yang menentang
penjajahan diantaranya
a.
Sarekat Islam (S I ) dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto
berdiri pada tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari Sarikat Dagang Islam yang
didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911.
b.
Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno
(1927)
c.
Pendidikan nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan
oelh Mohammad Hatta (1931)
d.
Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai
politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Mukhtar Luthfi
Munculnya gagasan nasionalisme yang
diiringi oleh berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan asset utama
umat Islam dalam perjuangan untuk mewujudkan Negara merdeka yang bebas dari
pengaruh politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan
dari partai-partai politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia.
Indonesia merupakan Negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil
memproklamirkan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara kedua yang
terbebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 agustus 1947
dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.
Di wilayah timur tengah, Mesir resmi
merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 dengan
pimpinan pemerintahan yang bernama Jamal Abd Naser. Irak merdeka tahun 1932,
tetapi rakyatnya merasa merdeka baru tahun 1958 dan Negara lain seperti
Jordania, Syiria dan Libanon merdeka pada tahun 1946
Di Afrika, Lybia merdeka pada tahun
1962, Sudan, Maroko merdeka tahun 1956 M, Aljazair tahun 1962. Negara lain yang
merdekanya hamper bersamaan seperti Negara Yaman Utara, Yaman selatan, dan
Emirat Arab.
Di Asia Tenggara, Malaysia,
Singapura merdeka tahun 1957 dan Brunai Darussalam merdeka pada tahun 1984.
Selain itu, Negara Islam yang dahulunya bersatu dalam Uni Soviet seperti
Turkmenia, Uzbekistan, Kirghistan, Khazakhtan Tajikistan dan Azerbaijan dan
Bosnia merdeka pada tahun 1992
Saat ini kebanyakan negara-negara Islam maksudnya negara yang mayoritas Muslim belum
bergabung dalam satu kesatuan dengan visi Islam seperti saat adanya kekhalifan.
Masing-masing masih mencoba memperoleh kedaulatan negaranya. Arus globalisasi
dan komunikasi yang semakin membuka batas Negara ini menyuburkan konsep “we are the citizen of the world” kita
adalah masyarakat dunia. Hingga pada akhirnya kita harus menyadari bahwa antar
negara dan nasionalisme semakin semu. Lihat saja negara kita, apakah masih ada
sisa-sisa perjuangan tanah Air dan sejarah bangsa yang kita lestarikan dalam
pendidikan maupun hati kita? Ada berapa banyak yang memperjuangkan itu kembali.
Maka selain kembali menguatkan ikatan kebangsaan, kita perlu menguatkan ikatan
Aqidah. Di dalam masyarakat dunia hanya dua hal yang membedakan yaitu
kebangsaan dan aqidah.
Cita-cita kebangkitan Islam telah
digambarkan oleh Rasulullah SAW yang pernah mengatakan :
Dari Tsauban R.A, dia berkata, telah
bersabda Rasulullah SAW, akan datang Panji Panji Hitam dari sebelah Timur,
seolah olah hati mereka kepingan kepingan besi. Barangsiapa mendengar tentang
mereka, hendaklah datang kepada mereka dan berbaiatlah kepada mereka sekalipun
merangkak diatas salju.(dikeluarkan dari Al Hasan bin Sofyan dari Al hafiz Abu
Nuaim) (dari kitab Al Hawi lil fatawa oleh Imam Sayuti)
Bayangan timur bukan kita lihat dari
Timur tengah (karena sudut ini dilihat dari tolak ukur Greenwich sebagai lokasi
nol meridian) tapi timur dari Ka’bah, Mekah. Kita Indonesia, dan bangsa Asia
memiliki peluang untuk mewujudkan bahwa kebangkitan akan berawal dari bangsa
dari tangan-tangan kita. Ya, bisa jadi, karena bangsa Melayu lah yang belum
pernah bertahta di perhelatan Dunia. Optimis! Kita bisa mewujudkan janji Allah
itu.
Maka selayaknya kita semakin
mengembangkan pengembangan pemahaman kita tentang agama, dan menyebarkannya
mulai dari bagaimana kita berislam. Satu tindakan lebih berarti daripada seribu
kata. Setelah itu bersama-sama saudara seperjuangan kita membangun umat menuju
rahmatan lil ‘alamin.
Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu.|Qs Fussilat 41: 53|
--- semangat sampai akhirat! ^^ ---
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk Diskusi